Qantas PHK 5000 PegawaiSidney – Maskapai penerbangan asal Australia Qantas Airways, baru-baru ini dikabarkan sedang mengalami krisis finansial. Pihaknya dikabarkan juga sedang berencana untuk mengurangi jumlah pegawai dalam jumlah yang relatif besar. Seperti dilansir dari BBC (26/2/2014), pihak Qantas berencana mem-PHK sekurang-kurangnya 5000 pegawainya.

Pengurangan pegawai tersebut merupakan buntut dari kerugian setengah tahun yang mereka alami, mencapai A$ 252 juta, atau senilai dengan Rp 2,6 triliun, terhitung hingga Desember 2013 lalu. Kerugian tersebut belum termasuk pajak. Langkah tersebut juga sebagai upaya untuk mengurangi beban perusahaan sebesar A$ 2 miliar, atau senilai dengan Rp 21 triliun, untuk tiga tahun ke depan.
Chief executive dari Qantas, Alan Joyse, mengatakan bahwa perusahaannya sedang menghadapi kondisi tersulit dalam sejarah perusahaan tersebut, dan oleh karenanya membutuhkan langkah penanganan yang mendalam dan dengan pendekatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya terkait cakupan dan kedalaman solusi tersebut. Solusi tersebut juga nantinya diharapkan mampu berjalan searah dengan arus perkembangan dunia penerbangan Australia saat ini.

Qantas Airways telah mencoba meyakinkan pemerintah Australia tentang kebutuhan akan dukungan finansial. Aturan kepemilikan Qantas yang berlaku saat ini mengatakan bahwa perusahaan luar negeri hanya boleh memiliki paling banyak 49 % dari saham Qantas. Angka 49 % tadi dirasa perlu untuk ditingkatkan, sehingga mampu mendorong investasi yang lebih banyak.

Saat ini Qantas kalah bersaing dengan Virgin Australia, dimana saham maskapai tersebut secara besar dimiliki oleh tiga maskapai luar negeri lain, yakni Air New Zealand, Etihad, dan Singapore Airlines. Ketiga maskapai tersebut mendapat dukungan dari pemerintahnya masing-masing.

Tentunya jika langkah tersebut tidak segera dilakukan, rencana pengurangan tenaga kerja tadi mau tidak mau tetap akan dijalankan, yang berarti 5000 orang akan kehilangan pekerjaannya. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)