Tentang Referendum CrimeaSimferopol – Hari ini, Minggu 16 Maret 2014, Republik Otonomi Crimea mengadakan voting referendum untuk menentukan apakah Crimea akan tetap bergabung bersama Ukraina dan tentunya Uni Eropa, atau bergabung bersama Rusia. Sepertidilansir dari BBC (Minggu, 16/3/2014), referendum ini dinilai ilegal oleh pihak Kiev, namun didukung oleh Moscow.

Tentara Rusia telah secara de facto mengkontrol wilayah Crimea, yang pada dasarnya memang dihuni oleh mayoritas populasi beretnik Rusia. Kelompok Tatar di Crimea, yaitu kelompok yang beretnik Turki—penduduk asli Crimea, jutru memilih untuk tetap bergabung bersama Ukraina. Mereka memboykot voting tersebut.

Rusia baru-baru ini mem-veto sebuah draft resolusi PBB mengenai voting referendum tersebut. Adapun draft yang diajukan oleh Amerika Serikat tersebut didukung oleh 13 anggota Council PBB. China, yang dianggap sebagai sekutu Rusia, memilih abstain. Dan sebagaimana diketahui, AS dan Uni Eropa telah memberi peringatan dan ancaman kepada Rusia, yang berbentuk misalkan sanksi ekonomi, dan lainnya.
Rusia dianggap mengintervensi apa yang terjadi di Cimea setelah membantu tentara militan setempat untuk merebut kendali gedung-gedung pemerintahan dan fasilitas penting lainnya, sekaligus memblokade tentara Ukraina sehingga tentara Ukraina tidak bisa bergerak dari markasnya. Hal ini terjadi setelah kejatuhan Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, pada 22 Februari 2014 lalu.

Adapun terkait voting tersebut, 1,5 juta pemilih telah memenuhi syarat untuk memilih. Hasil awal voting tersebut akan diumumkan sesaat setelah voting di tutup. Warga etnik Rusia, sekitar 58,5% dari total keseluruhan penduduk, hampir pasti akan memilih bergabung dengan Rusia.

Salah seorang warga mengatakan bahwa penduduk Crimea mencintai Rusia, dan tak ingin bergabung dnegan negara fasis macam Ukraina. Ya, telah tersebar propaganda di Crimea yang mengatakan bahwa Ukraina saat ini telah dipenuhi oleh oknum-oknum petinggi/pemimpin yang berpaham fasis, mereka-mereka yang “radikal kanan jauh”. Propaganda ini jelas merupakan bentuk campur tangan Rusia dalam referendum Crimea.

Mereka yang pro-Ukraina berpednapatn lain. Seorang warga bernama Serhiy Resehtnyk mengatakan bahwa menurutnya di bawah Ukraina, Crimea akan bisa lebih mandiri dan otonomi.

Adapun dikarenakan adanya referendum ini, parlemen Ukraina mengusulkan pembubaran Regional Assembly Crimea, semacam DPRD Ukraina di wilayah Crimea. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)