Rusia Desak Ukraina untuk Tidak Gunakan Kekerasan dalam Menghadapi Massa di Wilayah Timur

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaliy Churkin

New York – Rusia telah mendesak otoritas Ukraina untuk menghindari usaha-usaha kekerasa dalam penyelesaian masalah di wilayah timur, dimana banyak massa pro-Rusia mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan keamanan setempat. Seperti dilansir dari BBC (Senin, 14/4/2014), pada sebuah Sidang Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, mengatakan bahwa sebaiknya pihak Kiev segera mengadakan dialog secara serius.

Di sisi lain, Duta Besar Ukraina untuk PBB, Yuriy Sergeyev, mengatakan bahwa Moscow telah sengaja merekayasa krisis yang terjadi di wilayah timur Ukraina. Sebuiah pernyataan yang sebelumnya sudah dibantah oleh Rusia.

Pemerintah Ukraina memberikan deadline kepada massa pro-Rusia, untuk melakukan dialog dan meninggalkan gedung-gedung pemerintahan dan keamanan yang mereka rebut hingga Senin 06.00 GMT, atau kurang lebih pukul 13.00 WIB. Dan jika tidak terpenuhi, maka pemerintah akan menurunkan operasi anti teroris secara penuh. Sebuah ultimatum yang tampaknya tidak digubris.

Pemerintahan baru Ukraina seakan diuji untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut persatuan dan kedaulatan bangsa ini. Beberapa kota di wilayah timur Ukraina, yang dekat dengan Rusia, telah mengalami kekacauan. Sebut saaj Kota Sloviansk, yang berada di wilayah Donetsk. Massa pro-Rusia telah mengambil kendali kota tersebut, membuat barikade, dan membangun pos-pos checkpoint di jalan-jalan utama kota.

Meski Kiev telah siap meluncurkan kekuatan untuk memukul mundur massa pro-Rusia tersebut, terdapat kekhawatiran akan adanya reaksi dari tentara Rusia yang berjumlah sedemikian banyak ditempatkan perbatasan Ukraina-Rusia. Karena seperti telah disebutkan, Rusia sangat menentang penyelesaian dengan kekerasan terhadap massa pro-Rusia. Tentunya, langkah keras dari Ukraina bisa dijdikan semacam alasan baru bagi Rusia untuk melakukan gerakan militer.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaliy Churkin, mengatakan bahwa di dalam pemerintahan baru Ukraina terdapat sosok-sosok beraliran neo-Nazi dan anti-Semit (anti Yahudi). Churkin mengatakan bahwa dalam proses pembangunan pemerintahan baru ini, aspirasi masyarakat di wilayah timur Ukraina, yang banyak terdiri dari masyarakat beretnik dan berbahasa Rusia, tidak ditanggapi sama sekali. Churkin juga menghimbau kepada para massa pemrotes agar tidak menyakiti teman sendiri, meski mereka pro-Ukraina. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)