Kapten Kapal Feri Korsel Jelaskan Detail Keterlambatan Evakuasi

Foto oleh Reuters

Seoul – Kapten kapal feri Korea Selatan yang tenggelam beberapa hari lalu telah diamankan. Dan seperti dilansir dari BBC (Sabtu, 19/4/2014), dirinya telah memberikan keterangan tentang penyebab keterlambatan perintah evakuasi, yang kemudian menyebabkan 29 orang meninggal, 273 orang belum ditemukan, dan 174 lainnya luka-luka.

Lee Joon-seok, 69 tahun, ditangkap bersama dua orang kru pada Jumat kemarin (18/4). Dirinya dituduh bersalah karena tidak memberikan perintah evakuasi sedini mungkin. Dia juga telah dimintai keterangan oleh polisi dan sempat muncul di TV lokal Korsel setelah penangkapannya. Lee menyatakan permohonan maafnya kepada keluarga korban dan seluruh masyarakat Korsel karena kelalaiannya tersebut.

Lee mengaku bahwa dirinya telah memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk mengambil alih kemudi kapal, lalu kemudian pergi ke kamar tidur untuk beristirahat sejenak. Pada saat itulah terjadi kejadian naas tersebut.

Dia menjelaskan bahwa saat itu arus laut begitu kuat dan temperatur air sangat dingin. Oleh karena itu, dia berpikir bahwa sangat berbahaya jika penumpang meninggalkan kapal dengan tergesa-gesa. Baik mengenakan jaket keselamatan atau tidak, penumpang masih akan terancam oleh keadaan laut yang demikian ganas.

Cho Joon-ki, seorang kru yang saat itu ditugasi untuk mengambil alih kemudia kapal, juga iktu ditangkap. dia mengatakan bahwa kapal feri bernama Sewol tersebut bereaksi berbeda dengan apa yang dia harapkan. Dia mengaku bahwa telah terjadi kesalahan baik dari dirinya sendiri maupun dari kemudia kapal, yang entah bagaimana berbelok lebih tajam dari yang seharusnya.

Dikabarkan bahwa pejabat keamanan maritim setempat memerintahkan evakuasi penuh lima menit setelah panggilan bahaya dikeluarkan. Namun kru kapal mengaku bahwa kapten kapal memerintahkan evakuasi penuh 30 menit setelah panggilan bahaya tadi. Terdapat perbedaan keterangan.

Adapun ratusan keluarga korban telah berkumpul dan bermalam di gedung olehraga di Pulau Jindo, yang dekat dengan lokasi kejadian. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)