Peneliti Korsel Kembangkan Lebih Lanjut Sistem Pengisian Baterai Secara Wireless

Ruangan berisi instrumen DCRS

Daejeon – Peneliti dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) di Daejeon, Korea Selatan, dikabarkan telah mengembangkan lebih lanjut teknologi transfer energi secara nirkabel/wireless, dalam hal ini energi yang dimaksud adalah energi listrik untuk mengisi ulang baterai. Dikatakan bahwa teknologi ini merupakan masa depan bagi dunia telepon seluler maupun tablet.

Seperti dilansir dari Digital Trends (Sabtu, 19/4/2014), teknologi baru yang diberi nama Dipole Coil Resonant System (DCRS) tersebut mampu mengisi baterai hingga 40 smartphone sekaligus secara bersamaan dalam radius 5 meter. DCRS mentransfer energi listrik secara wireless melalui penggunaan beberapa transmitter dan sebuah struktur kumparan yang didesain secara khusus.

Metode ini meningkat dari percobaan yang pernah dilakukan pada tahun 2007, yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), sebuah institusi teknologi kenamaan asal Amerika Serikat. Pada saat itu, konsep teknologi ini disebut dengan WiTricity, singkatan dari Wireless Electricity. Saat itu, peneliti di MIT berhasil menghantarkan energi listrik sebesar 60-watt secara wireless untuk menyalakan sebuah bola lampu dari jarak 2 meter. Peneliti MIT menggunakan medan magnet untuk melakukan transfer energi nirkabel tadi, yang mampu menghidupkan sebuah laptop “menyeberangi” sebuah ruangan seluas 2 meter.

Peneliti di KAIST berhasil mengatasi batasan teknologi dari konsep yang dikemukakan MIT tersebut, yang terhambat akibat masalah-masalah kerumitan struktur kumparan, kumparan resonansi yang kelewat besar, efisiensi transfer yang rendah, sensitivitas terhadap temperatur, kelembapan, dan kehadiran manusia. Alat yang berhasil dibuat oleh peneliti KAIST (DCRS tadi) juga berukuran lebih kecil.

Prof. Chun T. Rim dari Departemen Nuclear and Quantum Engineering KAIST mengatakan bahwa teknologi yang mereka kembangkan mengalami peningkatan daripada hasil karya MIT, dan terbukti mampu menghasilkan mekanisme pengiriman energi yang tidak pernah dilakukan dalam jarak sejauh ini. Prof. Chun melanjutkan bahwa meski teknologi ini masih dalam tahap awal dan terlalu mahal untuk diimplementasikan secara komersial, pihaknya percaya bahwa mereka telah berjalan ke arah yang tepat. Jika saat ini zona Wi-Fi telah ada dimana-mana, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat zona Wi-Power juga akan mengalami perkembangan serupa.

Saat ini, DCRS mampu menghidupkan TV LED berukuran besar dan tiga kipas angin 40-watt dari jarak 5 meter. DCRS juga sempat dipraktikkan pada sebuah proyek riset Korea Hydro & Nuclear Power Company, dimana DCRS mampu menghidupkan beberapa instrumen elektronik di pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut. (Rani Soraya – www.harianindo.com)