Referendum Skotlandia: Perhitungan Belum Tuntas, Kubu Pro Akui Kekalahan

advertisement:


19/09/2014

Referendum Skotlandia: Perhitungan Belum Tuntas, Kubu Pro Akui Kekalahan

Ilustrasi foto mengenai bagaimana warga Skotlandia harap-harap cemas menanti hasil referendum.
(sumber foto: Reuters)

Ediburgh – Kamis kemarin (18/9) Skotlandia telah melaksanakan referendum untuk memutuskan apakah mereka akan merdeka dari Inggris Raya atau tidak. Perhitungan ahsil sementara, semacam quick count, pun telah banyak dilakukan. Terkait hasil ini, meski perhitungan memang belum tuntas, kelompok pro-kemerdekaan telah mengakui kekalahan mereka.

Sikap kubu pro-kemerdekaan tersebut diambil berdasarkan laporan perhitungan sementara yang terus masuk hingga siang ini. Dari hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar warga Skotlandia masih menginginkan negaranya itu bergabung bersama Inggris Raya, atau yang juga dikenal sebagai United Kingdom. Melihat tren tersebut, tampaknya kubu pro telah memperkirakan bahwa kekalahan mereka sudah jelas.

Seperti dilansir Dari AFP (Jumat, 19/9/2014), Deputi Pertama Perdana Menteri Skotlandia, Nicola Sturgeon, mengatakan bahwa meskipun belum tuntas, melihat tren dari perhitungan sementara yang terus masuk, sangat sulit bagi pihak pro untuk merebut kemenangan dalam referendum ini.

Nicola mengatakan bahwa sepertinya sangat berat untuk mendapatkan apa yang telah mereka impikan sejak lama, yakni kemerdekaan Skotlandia dari bayang-bayang London.

Adapun sebenarnya, isu pelepasan diri Skotlandia ini sudah muncul sejak tahun 2011 lalu, yang dicetuskan oleh Partai Nasional Skotlandia. Menurut mereka, sudah saatnya Skotlandia mulai menentukan nasibnya sendiri, tanpa ada intervensi dari Inggris. Isu tersebut sempat meredup hingga akhirnya terangkat kembali dan menghasilkan referendum.

Baca juga
Referendum Skotlandia: Warga Cemas Tunggu Hasil Voting
Referendum Skotlandia: Obama Harapkan Inggris Tetap Bersatu

Beberapa kalangan mungkin beranggapan bahwa kemerdekaan Skotlandia ini dicetuskan oleh kaum-kaum muda yang pro perubahan. Namun kenyataannya, tak jarang pula generasi tua bahkan lansia yang telah menunggu momen besar ini.

Mereka bahkan ada yang telah memimpikan kemerdekaan sejak 50 tahun yang lalu. Sayangnya, mimpi tersebut tampaknya belum akan terwujud dalam waktu dekat ini. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)

advertisement


Google+ comment widget by skipser
advertisement


Photo Gallery