Internet di Korea UtaraPyongyang – Korea Utara (Korut) merupakan negara yang cukup tertutup dari dunia internasional. Melihat kondisi Korut , seperti yang digambarkan dalam banyak pemberitaan di berbagai media, masyarakat internasional pun bertanya-tanya, jangan-jangan warga Korut masih menjalani hidup seperti di tahun 1950, dan tidak mendapatkan banyak infornasi mengenai dunia luar selain pengumuman resmi dari pemerintah?
Dari pertanyaan tersebut, media Vox.com (Sabtu, 21/3/2015), menuliskan bahwa sebenarnya masyarakat Korut tidak benar-benar tertutup. Bahkan jaringan internet pun masih tersedia di negara tersebut, meski tentu saja, sangat terkontrol oleh pemerintah.

Jaringan internet Korut pun berbeda dengan internet pada awamnya. Dikatakan bahwa jaringan internet di negara tersebut sebenanya adalah jaringan intranet yang diberi nama Kwangmyong, yang artinya “Bintang Terang” dalam bahasa Korea. Jaringan Kwangmyong merupakan jaringan tertutup yang bila dilihat sangat mirip dengan internet sesungguhnya. Namun, jaringan tersebut sebenarnya merupakan browser sederhana dengan kumpulan website yang telah disalin, diseleksi, dan disensor oleh pemerintah dari jaringan internet sesungguhnya yang beredar di dunia internasional. Jaringan Kwangmyong inilah yang boleh dan mudah diakses oleh masyarakat Korut pada umumnya.

Jaringan Kwangmyong ini cukup banyak ditemukan di laboratorium komputer, kantor pemerintah, universitas, dan bahkan di warnet-warnet yang banyak bertumbuhan di kota-kota besar di Korut. Masyarakat umum pun bebas mengakses informasi dari jaringan tersebut.

Adapun untuk akses internet yang “otentik”, hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas, yang berjumlah hanya sekitar beberapa ribu orang saja. Mereka yang beruntung biasanya berasal dari lingkungan pejabat elit pemerintah, ahli media, tim IT (Information Technology) yang juga ditugaskan menjadi hacker, dan sejumlah kecil peneliti atau teknokrat.

Jaringan internet di Korut pun tergolong kecil, yakni hanya terdiri dari 1.024 alamat Internet Protocol (IP) saja, dibandingkan dengan jumlah total warga Korut yang mencapai 25 juta jiwa. Jaringan ini menyebabkan kecepatan browsing di Korut sangatlah lamban.

Meski demikian, tim hacker Korut juga sempat diberitakan mencoba membobol jaringan milik Sony. Mereka melakukan hal tersebut sebagai bentuk protes terhadap film The Interview yang dianggap telah menjelek-jelekkan nama negara tersbeut. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)