Harian IndoJakarta – Aplikasi game Pokemon Go garapan Nintendo dan Niantic Labs langsung menjadi fenomena sosial di seluruh dunia dalam beberapa hari saja sejak game berteknologi augmented reality ini secara resmi dirilis pada 6 Juli 2016 lalu.
Lantas mengapa game berburu Pokemon ini langsung menjadi perhatian para penyuka game di seluruh dunia?
Seorang psikolog dari Media Psychology Research Center Amerika Serikat, Pamela Rutledge mengatakan, game Pokemon Go ini sukses menarik perhatian dengan memanfaatkan teknologi yang tepat. Teknologi augmented reality membuat pengguna seakan-akan merasa sangat dekat dengan berbagai macam karakter yang muncul dalam game yang sedang ia mainkan.
Yang kedua, Pokemon Go mendobrak “kebiasaan” game lainnya yang bisa dimainkan dengan hanya duduk diam di sofa atau sambil tiduran di kamar. Pokemon Go seperti menjawab kebutuhan manusia untuk bersosialisasi dengan orang lain sambil berjalan-jalan dan berkompetisi, yang akhirnya dapat memperbaiki suasana hati.
“Salah satu fitur dari permainan ini adalah memungkinkan Anda untuk mengubah keluhan utama dari permainan secara umum: membuat malas bergerak dan mengisolasi orang-orang,” kata Rutledge seperti dikutip dari Live Science, Minggu (17/7/2016).
Namun demikian, menurut psikolog anak dan remaja dari RaQQi – Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi mengatakan, Pokemon Go kurang cocok jika dimainkan oleh anak-anak karena mereka belum memiliki kendali diri yang baik. Selain itu anak-anak belum mempunyai kemampuan multitasking yang memadai sehingga tidak dapat fokus sekaligus dengan lingkungan di sekitarnya.
“Kita harus tahu kapan main atau kapan stop. Misalnya pada anak yang kontrol dirinya kurang, di sekolah terus tahu-tahu keluar aja gitu dari sekolah, kan bahaya,” kata Ratih.
(Samsul Arifin)
