Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menekankan, normalisasi Kali Ciliwung sudah tak dapat ditawar lagi. Permukiman di kawasan Bukit Duri yang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung, hal tersebut yang menyebabkan Pemerintah Kota DKI Jakarta Selatan tetap menggusurnya.

Ahok Tegaskan Bakal Segera Normalisasi Kali Ciliwung

Meskipun proses hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tata Usaha Negara tengah berjalan, ada satu alasan kuat yang membuat Ahok tetap menggusur permukiman di Bukit Duri.

“Sekarang kalau kami tunda (normalisasi Ciliwung), dana APBN tidak terserap lagi. Apalagi Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani) sekarang begitu ketat, kalau serapan APBD kami kurang, langsung tahun depan dia potong (dana bagi hasil pajak pemerintah pusat), tidak mau dikasih lagi ke DKI,” kata Ahok, Rabu (28/9/2016).

Normalisasi Kali Ciliwung ini merupakan program pemerintah pusat dan dibiayai dengan APBN. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkewajiban membebaskan lahan untuk normalisasi Kali Ciliwung.

Ahok mengatakan, rencana normalisasi Kali Ciliwung sudah disampaikan sejak pemerintahan Fauzi Bowo. Pasalnya, normalisasi sungai dilakukan untuk menanggulangi banjir Ibu Kota.

“Kali Ciliwung, khususnya Kampung Pulo, sudah cerita dua gubernur lalu. Sekarang beres enggak? Beres,” kata Ahok. (Baca: Genderang dan Tangis di Pembongkaran Bukit Duri)

Ingin dikenang seperti Ali Sadikin

Berbagai penggusuran ini dilaksanakan jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Ahok sendiri merupakan salah satu bakal calon gubernur yang akan bertanding pada pemilihan tersebut.

Ahok mengaku tidak takut elektabilitasnya akan turun karena berbagai penggusuran yang dilakukannya.

“Yang penting orang harus kenang saya. Kalau saya tidak terpilih lagi pun, Oktober 2017 orang akan melihat saya yang membereskan Kampung Pulo dan Bukit Duri,” kata Ahok.

Menurut Ahok, meninggalkan nama baik lebih penting dibanding kembali menjabat gubernur selama lima tahun. Ahok ingin namanya selalu dikenang seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Pak Ali Sadikin sudah meninggal begitu lama, dia seolah-olah masih hidup, semua orang ngomongin Ali Sadikin melulu. Gus Dur juga, orang merasa Gus Dur masih hidup. Bagi saya, nama baik lebih penting daripada jabatan,” kata Ahok. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)