Denpasar – Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional, sejumlah ormas dan elemem masyarakat di Bali berkumpul di titik nol Bali, lingkar Catur Muka, Denpasar, Sabtu (20/5/2017) guna melakukan deklarasi gerakan anti radikalisme serta selamatkan Pancasila dan NKRI.

Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Sejumlah Ormas di Bali Serukan Gerakan Anti Radikalisme

Ratusan elemen masyarakat terlihat sejak pagi telah berkumpul di titik nol Bali, di Denpasar. Dua ormas besar di Bali, yakni Laskar Bali dan Baladika juga hadir. Terlihat pula salah tokoh agama di Bali, Gus Nuril, dalam pengukuhan Gerakan Anti Radikalisme.

Menurut koordinator Grak Nyoman Mardika, Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum yang tepat untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme dan anti radikalisme.

“Kita di sini karena ada kekhawatiran dan kegalauan yang ingin menggantikan ideologi negara yakni Pancasila,” teriaknya di depan lingkar Catur Muka Denpasar.

Dalam acara deklarasi tersebut, ada tujuh poin penting yang diserukan, antara lain memperkokoh nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, mengembangkan solidaritas antar sesama anak bangsa yang berbeda suku, agama dan ras, mengembangkan pemahaman keagamaan yang inklusif, toleran, serta menghargai antar sesama.

Gerakan ini juga menyerukan kepada pemerintah untuk tidak menggunakan isu SARA dalam agenda politiknya, serta segera menumpas gerakan intoleran, termasuk munculnya ide gagasan menegakkan khilafah di Indonesia.

“Indonesia merdeka berdasarkan keberagaman, kita hidup dalam keberagamana. Bagi yang memecah Pancasila harus kita lawan,” tegas Nyoman Mardika.

Sedangkan penggagas dari Gerakan Anti Radikalisme ini, Nyoman Sudiantara, menegaskan bahwa Indonesia yang memiliki dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tidak boleh diseragamkan menjadi satu agama atau ras.

“Pancasila dasar negara yang tidak boleh diubah. NKRI harga mati. NKRI tidak boleh seragam,” tandasnya.
(samsul arifin – www.harianindo.com)