Jakarta – Seorang remaja berusia 15 tahun menutup ponselnya dan kemudian menyeka air matanya. Sahabat terdekatnya di sekolah baru saja menelepon dia. “Kita tidak bisa lagi berteman,” kata dia,”Tuhan saya tidak membolehkan saya berteman dengan orang seperti kamu.”

Tuhan Saya Tidak Membolehkan Berteman Dengan Orang Seperti Kamu

Ilustrasi

Percakapan tersebut terjadi di sebuah kota di Indonesia. Kalimat itu menjadi pembuka dari sebuah artikel yang ditulis oleh Benedict Rogers, aktivis hak asasi manusia di kawasan Asia terutama di Myanmar, Korea Utara, dan Indonesia.

Rogers mengatakan percakapan antar dua perempuan tersebut terjadi di sebuah kota di Indonesia yang katanya negara toleran. Anak perempuan yang menelepon itu adalah muslim dan si penerima telepon beragama Kristen. Perbincangan tersebut terjadi hanya beberapa hari setelah Basuki Tjahaja Purnama (Aho)k divonis penjara dua tahun oleh pengadilan karena didakwa penodaan agama.

Selama tiga tahun memimpin Jakarta, Ahok dinilai banyak kalangan kinerjanya cukup baik, seperti pelayanan publik dan melawan korupsi. Seorang pengemudi taksi di Jakarta mengatakan,”Ahok itu sangat bagus. Satu-satunya alasan dia bukan lagi gubernur adalah karena sebagian orang tidak suka dengan agamanya.”

Seperti dilansir dari the Diplomat, Senin (29/5/2017), Rogers menilai kasus Ahok menjadi semacam peringatan bagi kaum minoritas dan moderat atau pluralis muslim Sunni di Indonesia.

Selama lebih dari satu dekade dirinya di Indonesia, Rogers melihat banyak peristiwa intoleransi yang terus meningkat.

“Tradisi moderasi Indonesia sudah tamat,” kata Andreas Harsono, peneliti Human Rights Watch di Jakarta. “Dalam waktu sepuluh tahun Indonesia bisa jadi Pakistan. Tidak ada lagi bar, bir, hak asasi kaum minoritas, perempuan memakai penutup penuh. Dengan kata lain jika tidak ada tindakan segera untuk mencegah pengaruh radikal maka Indonesia bisa menjadi Suriah berikutnya.

Indonesia selama ini selalu bangga dianggap sebagai negara panutan dengan demokrasi mayoritas muslim dan moderat serta pluralis. Tapi kini ketika warga muslim dikatakan tidak boleh memilih gubernur non muslim, rumah ibadah kaum minoritas ditutup, serta seorang remaja Kristen disebut tidak bisa lagi bersahabat dengan temannya yang muslim maka Indonesia sudah bukan lagi negara panutan yang patut dicontoh dalam hal toleransi.

Baca juga: Polisi Akan Minta Pihak Imigrasi Cabut Paspor Habib Rizieq

Walau menyebut Indonesia bisa jadi Pakistan ataupun Suriah cukup mengerikan namun kondisi Indonesia sekarang belum seperti itu tapi tentu ini harus diwaspadai. Apabila pemerintah Indonesia dan komunitas Internasional ingin mencegah Indonesia menjadi negara seperti itu maka diperlukan tindakan yang nyata. (Yayan – www.harianindo.com)