Harian IndoJakarta – Maraknya kasus persekusi yang diduga dilakukan oleh salah satu ormas menyita perhatian publik. Wakil Ketua Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), Agustiar menilai peristiwa tersebut dilatarbelakangi penggiringan opini, bahwa belakangan di Jakarta telah terjadi persekusi.
ilustrasi
“Pilgub DKI Jakarta telah berlalu, namun situasi politik tak kunjung mereda. Kami merasakan masyarakat masih terbelah dua antar pendukung dan penentang Ahok (terdakwa penistaan agama). Kasus tersebut karena adanya penggiringan opini yaitu persekusi,” kata Agustiar di Jakarta Pusat, Senin (5/6/2017).
Selain itu, Agustiar menjelaskan, persekusi adalah tindak pidana terhadap kemanusiaan sangat serius yang diatur dalam Rome Statute Of The International Criminal Court (ICC) atau Statuta Roma.
“Artinya kurang lebih, pencabutan hak-hak fundamental yang disengaja dan berat yang bertentangan dengan hukum Internasional dengan alasan identitas kelompok,” sambungnya.
Dirinya pun mencontohkan, kasus persekusi yang terjadi di ICC yang melibatkan Wakil Presiden Kenya William Samoei Ruto.
“William dinilai bertanggung jawab melakukan perburuan etnik Kikuyu, Kamba dan Kisii yang dianggap sebagai pendukung Party of National Unity (PNU) yang merupakan lawan politiknya,” jelasnya.
Adapun persekusi dapat dikatagorikan, kata Agustiar, harus ada motif kebencian berdasarkan identitas baik RAS, agama ataupun gander. Sehingga, lanjutnya bukan karena perbuatan orang yang menjadi korban.
“Apa yang disebut persekusi di Indonesia akhir-akhir ini jelas bukan persekusi karena korban digeruduk, bukan karena identitas tetapi karena perbuatannya yang dianggap menyinggung pihak lain,” tutupnya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)
