Harian IndoJakarta – Nilai tukar mata uang rupiah diproyeksikan akan tetap bergerak melemah terhadap dolar AS (USD). Hal tersebut bisa terjadi, apabila tidak adanya perlawanan dalam mengangkat mata uang Garuda kembali ke zona hijau.
Rupiah
Analis Senior dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mennyatakan, berbaliknya nilai rupiah ke posisi merah diharapkan tidak membuka peluang pelemahan lanjutan. Walaupun perlu diantisipasi pergerakan rupiah yang akan terimbas pergerakan USD jelang pertemuan The Fed.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, rupiah melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp 13.308 per USD. Pada pembukaan perdagangan, rupiah sempat di posisi Rp13.291 per USD.
“Dengan keadaan itu rupiah cenderung bergerak variatif melemah di hari ini,” kata Reza, dalam riset hariannya, Selasa (13/6/2017).
Rupiah yang cenderung melemah, Reza memprediksi akan bergerak di kisaran support Rp 13.320 per USD, sementara resisten berada di level Rp 13.285 per USD.
“Tetap cermati berbagai sentimen tersebut dan antisipasi jika masih adanya peluang pelemahan,” lanjut Reza.
Jelang pertemuan The Fed, Reza mengaklaim jika nilai rupiah cenderung mengalami pelemahan. Adanya berita kenaikan satu tingkat level industri manufaktur Indonesia tampaknya belum sepenuhnya direspons positif pelaku pasar, sehingga rupiah tetap berada di teritori merah.
Pelaku pasar juga, lanjut Reza, merespons negatif perkiraan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan akan adanya kenaikan inflasi di 2017 mencapai 4,36 persen di atas posisi 2016 sebesar 3,02 persen, karena tekanan harga yang di atur pemerintah.
Baca juga: Luhut Ajak Perusahaan Polandia Berinvestasi Di Bidang Maritim Indonesia
“Adanya kenaikan inflasi tentu akan memberikan sentimen negatif pada rupiah. Mata uang negeri Paman Sam pastinya mengalami kenaikan,” pungkasnya. (Yayan – www.harianindo.com)
