Harian IndoJakarta – Menurut hasil survey terbaru yang dilakukan oleh lembaga survei Poltracking Indonesia mengungkapkan, elektabilitas Partai Golkar menurun tajam dan kini berada di bawah Partai Gerindra.
Dari hasil survei tersebut menunjukkan, PDIP masih berada di paling atas dengan 23,4 persen. Disusul oleh Gerindra (13,6 persen), dan yang terakhir Golkar (10,9 persen).
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menjelaskan, ada dua faktor yang menyebabkan elektabilitas Golkar menurun yakni karena elektabilitas Gerindra meningkat, dan adanya persoalan hukum yang diduga melibatkan Ketua Umum Golkar Setya Novanto.
“Kita tahu (Partai) Golkar sedang mengalami dinamika cukup kencang di internalnya, yakni ketua umumnya sedang mengalami persoalan hukum. Itu menjadi faktor tren Golkar saat ini cenderung turun, namun itu bukan satu-satunya penyebab,” kata Hanta Yuda saat merilis hasil survei “Evaluasi Pemerintahan Jokowi-JK: Meneropong Peta Elektoral 2019”.
Terkait hasil survey tersebut, Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid mengakui bahwa pihaknya tidak terlalu kaget dengan hasil itu karena telah diduga sejak masalah hukum yang menimpa Setya Novanto terjadi beberapa waktu lalu.
Karena itu, Golkar menurut Nurdin akan segera menggelar musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) guna merombak susunan kepengurusan partai.
“Tidak ada pilihan selain Partai Golkar harus melakukan konsolidasi organisasi, artinya harus Munaslub dan melahirkan pemimpin baru. Sehingga, dengan demikian, kita bisa meningkatkan kinerja partai, baik itu kerja politik, sosial maupun kemasyarakatan,” kata Nurdin di Jakarta, Minggu (26/11/2017).
“Partai Golkar itu ada tata cara, ada aturan AD/ART, sehingga saya pikir paling cepat Munaslub ini bisa kami lakukan pada pertengahan Januari 2018,” tambah Nurdin.
(samsul arifin – www.harianindo.com)
