Harian IndoNew York – Delapan negara menyatakan menolak Resolusi PBB terkait status kota Yerusalem dalam Sidang Darurat Khusus di Markas PBB, New York. Kamis (21/12/2017).
Sidang tersebut diadakan untuk mendesak agar Presiden Amerika Serikat Donald Trum menarik kembali pernyataannya yang menyebutkan bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel dan akan memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kedelapan negara itu adalah Israel, Guatemala, Honduras, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Palau, dan Togo.
Dalam sidang tersebut, 35 negara menyatakan abstain. Di antaranya adalah Kanada, Australia, Meksiko, Filipina, Polandia, Kolombia, Kroasia, Ceko, Hungaria, dan Sudan Selatan.
Menurut Duta Besar Kanada untuk PBB, Marc-Andre Blanchard, resolusi soal Status Yerusalem tersebut dinilai sepihak dan sama sekali tidak membantu prospek perdamaian di Timur Tengah.
“Karena itulah kami tidak memilih hari ini. Kami kecewa bahwa resolusi ini sepihak dan tidak memajukan prospek perdamaian yang selama ini kami cita-citakan,” kata Marc-Andre Blanchard, seperti dikutip Reuters, Jumat (22/12/2017).
Sedangkan menurut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Sidang Darurat Khusus yang diadakan itu merupakan “teater kaum absurd”.
“Israel menolak keputusan PBB dan di saat bersamaan kami menunjukkan penghormatan kepada negara yang abstain dari resolusi itu. Israel berterima kasih kepada Presiden Trump atas pendiriannya yang tegas soal Yerusalem,” kata Benjamin Netanyahu.
“Terima kasih juga kepada negara-negara yang bersama menolak keputusan itu dengan Israel, kita bersama menuju kebenaran. Saya menghargai kenyataan bahwa semakin banyak negara menolak untuk berpartisipasi dalam teater kaum absurd ini,” tambahnya.
(samsul arifin – www.harianindo.com)
