Jakarta- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti memohon kepada para pebulu tangkis tunggal putri Indonesia untuk lebih agresif lagia dan tidak menunjukkan sifat klemar-klemer.

Tunggal putri Indonesia saat ini memang dikaetahui sedang mengalami penurunan dan ketertinggalan dibandingkan dengan cabang-cabang bulutangkis lainnya.

Jika tunggal putra baru saja mendulang dua prestasi beruntun dan ganda campuran dua kali beruntun menjadi runner-up, berbeda dengan nasib tunggal putri yang untuk lolos ke semifinal saja susah, bahkan pada babak final. Menurut Susy hambatan yang dimiliki oleh para pebulu tangkis tunggal putri yaitu sudah memiliki persiapan yang matang saat latihan, tetapi gagal menggunakan kemampuan terbaiknya pada saat bertanding.

“Saya sudah bilang tidak usah memikirkan apa-apa, nekat dulu saja yang penting. Saya juga sampai becandai, apa perlu dikasih daging macan, biar galak? haha. Jangan kelemer-kelemer, kita ini memang putri Timur, tapi kalau di lapangan sudah lain lagi ceritanya,”

“Saya selalu berusaha tanamkan kalau di depan kalian itu musuh, pilihannya hanya ada dua, dia atau saya yang mati. Ya berpikirkan memang harus seperti sedang perang, kalau kita tidak melawan, ya kita yang mati,” ujar Susy dikutip dari situs resmi PBSI.

Susy yang juga mengaku geram terhadap hal-hal sepele yang ditunjukkan para pemain, seperti salah satu hambatannya yaitu mereka memiliki daya juang yang rendah dan gampang pasrah saat di lapangan.

“Di lapangan itu, kita harus kejar bola kemanapun, mungkin ini sepele, tapi jadi kebiasaan juga. Sudah terbiasa, ‘ya, sudahlah,’ ya jadi ini yang susah, mindset pemain harus kita ubah,” lanjutnya.

Susy pun mengakui bahwa untuk mengembalikan tunggal putri Indonesia yang berjaya seperti di eranya dulu membuatuhkan waktu yang panjang.

Bahkan, ia mengakui bahwa saat ini tunggal putri baru pada tataran 20 – 30 persen dari angka 100 persen.

“Belum ada setengahnya, masih 20-30 persen. Apalagi materi tunggal putri memang kurang, soalnya tunggal putri sekarang kalau lagi bagus, biasanya sakit, terus bagus lagi, sakit lagi. Intinya mencari pemain petarung itu tidak mudah, butuh waktu yang tidak sebentar,” pungkasnya.

Tidak lama lagi mereka akan menghadapi turnamen Indonesia Open 2019. Diharapakan mereka benar-benar bisa bangkit kembali saat mengikuti turnamen tersebut di hadapan pendukung sendiri.

(Hari-www.harianindo.com)