Jakarta – Meskipun Indonesia mendapat predikat macan Asia Tenggara berkat pertumbuhan ekonomi digital atau mobile yang pesat, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Indonesia. Salah satu tantangan yang krusial adalah infrastruktur internet yang masih lemah.

“Meski mobile data relatif murah, bandwith-nya sangat buruk: rata-rata kecepatan download di mobile adalah sekitar 10 mbps, lebih rendah dari setengah rata-rata global,” berikut kutipan dari Forbes.

Padahal jika dilihat dari segi potensi, Indonesia memiliki modal yang mampu mendorong perekonomiannya lebih melejit. Dengan bonus demografi, Indonesia memiliki populasi berusia 40 tahun ke bawah sebesar 60 persen dari keseluruhan populasi. Tak hanya itu, dengan besaran 95 persen atau kurang lebih 142 juta orang pengguna internet memiliki gawai pintar (smartphone), dapat dikatakan penetrasi internet di Indonesia cukup luas.

Baca Juga: Usai Putusan MK, Rupiah Berpotensi Menguat

Tak hanya itu, orang Indonesia dalam sehari bisa menghabiskan 206 menit hanya untuk media sosial. Angka tersebut jauh melampaui rerata global dengan waktu 124 menit. Sektor e-commerce pun juga menjadi primadona dengan 76 persen pengguna internet Indonesia mengandalkan gawai pintar untuk berbelanja.

“Dalam beberapa tahun belakangan muncul lonjakan perekonomian internet Indonesia. Selain e-commerce, ada online gaming, periklanan, langganan musik dan video, serta online travel dan layanan ride-hailing atau pengantar makanan yang semuanya diadopsi dengan senang hati oleh konsumen muda Indonesia,” papar Forbes.

Pada tahun 2018, ekonomi internet di Indonesia berhasil mencapai angka 27 miliar dolar Amerika Serikat. Bahkan, Google dan Temasek memprediksi pada tahun 2025 pertumbuhan ekonomi internet di Indonesia bisa mencapai 100 miliar dolar AS.

Dengan demikian, Indonesia pun bisa saja mengalami pertumbuhan ekonomi yang sama pesatnya dengan para Macan Asia seperti Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan. Bedanya, pertumbuhan di Indonesia disokong oleh ekonomi mobile.

“Transformasi serupa sedang terjadi di Asia Tenggara, hanya saja kini perintis perubahan didorong ekonomi mobile. Hal ini amat terbukti jelas di Indonesia, negara dengan populasi keempat terbesar di dunia,” ujar Forbes. (Elhas-www.harianindo.com)