Medan – Siapa sangka kalau hewan dengan tampilan mengerikan seperti lipan (kelabang) ternyata bisa menjadi komoditas ekspor. Setidaknya, ini yang dialami oleh Ricky Santri Kurniawan. Pria berusia 22 tahun ini merupakan pemilik usaha sate lipan.

Ditemui di kediamannya di Dusun Belimbing, Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai, nampak sejumlah pekerja sedang membuat sate lipan. Sate-sate itu rencananya akan dikirim ke Vietnam pada bulan ini. Untuk Agustus ini saja, Ricky sudah mengekspor 100.000 ekor lipan atau setara dengan 460 kilogram ke negara yang sama.

Berdasarkan penuturan Ricky, usaha sate lipan tersebut dirintis oleh ayahnya, Rusmin, sejak tahun 1986. Di sekitar rumahnya terdapat kebun sawit yang notabene habitat para lipan. Sehingga pasokan kelabang melimpah ruah.

“Di kebun sawit itu banyak, atau di daun-daun kering kakao, banyak itu. Tapi jumlah tangkapan itu kan soal rezeki juga,” tutur Ricky pada Senin (12/08/2019).

Untuk mendapatkan lipan, Ricky biasanya menerima tangkapan dari para petani atau buruh tani. Per ekor, lipan dari petani diganjar Rp 1.500. Sedang untuk jumlah tangkapan total tidak tentu. Terkadang tangkapan petani berjumlah sedikit. Namun bisa saja pada waktu tertentu mencapai 60-80 ekor.

Selain mengekspor ke Vietnam, Ricky juga memasarkan sate lipannya ke Medan, Jakarta, dan Surabaya. Untuk omzetnya, Ricky menjual lipan ke Vietnam dengan harga Rp 1,2 juta per kilogram. Dengan pengiriman pada Agustus mencapai 460 kilogram, Ricky meraup keuntungan hingga ratusan juta.

Sementara untuk pasar domestik, Ricky mematok harga Rp 2.000 per ekor. Tiap pekan, ia mengirim 30.000 ekor ke Surabaya dan 5.000 ekor ke Jakarta.

Meski ia telah melakukan usaha ini sejak tahun 2015, namun ia sendiri mengaku kurang mengetahui secara pasti kegunaan lipan di Vietnam.

“Saya tak tahu ini lipan di sana (Vietnam) dijadikan apa. Tapi kalau di sini untuk pakan ikan arwana. Ada juga yang bilang untuk obat kuat, tak tahu lah,” ungkap Ricky. (Elhas-www.harianindo.com)