Jakarta – Citra para wakil rakyat atau DPRD dan DPR RI sudah tercoreng seiring banyaknya kasus korupsi yang terjadi didalamnya.

Selevel Ketua DPR RI seperti Setya Novanto misalnya berujung dengan mendekam di penjara lantaran terjerat dengan kasus korupsi pada proyek KTP elektronik.

Begitu juga dengan wajah DPRD DKI yang juga tercoreng dengan kasus korupsi. Anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra M Sanusi ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 31 Maret 2016, terkiat kasus suap reklamasi Jakarta.

Ia kemudian menerima vonis tujuh tahun penjara dalam kasus itu. Ima Mahdiah (27), anggota DPRD DKI Jakarta terpilih untuk periode 2019-2024 dari fraksi PDI-P tak berdalih bahwa reputasi miring para wakil rakyat itu.

Perempuan yang pernah jadi staf Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat Ahok jadi gubernur Jakarta itu berharap dirinya bisa terhindar dari praktik permainan anggaran (korupsi) di Kebon Sirih, lokasi gedung DPRD DKI.

“Saya pengin belajar, mengamati, seperti apa orang di dalam (DPRD DKI), termasuk dari partai saya sendiri,” kata Ima, Rabu (14/08/2019) siang. Ima mengeklaim bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri kerap mengingatkan kadernya agar tak terjebak dengan permainan anggaran, meskipun faktanya sejumlah kader PDI-P terjerat operasi tangkap tangan KPK.

“Setidaknya Ibu Mega perintahkan kami tidak boleh korupsi, memainkan anggaran, harus kerja buat masyarakat. Itu yang jadi pegangan saya saja,” kata Ima. Punya dua kiat Alumnus Universitas Paramadina itu tak bisa menjamin apa-apa selain ketaatannya pada konstitusi dan sumpahnya kelak usai dilantik sebagai wakil rakyat.

Namun, dia cukup percaya diri mampun untuk menghalau kasus korupsi di Kebon Sirih. Ima punya dua kiat yang ia percaya bakal bisa sukses.

“Satu kita enggak ikut main. Ya memang, kalau sekarang kita ngomong enak saja begini. Cuma saya belajar dari Pak Ahok, Bapak bilang, ‘ketika lu di dalam, taatnya pada konstitusi, lu disumpah dan digaji pakai uang rakyat, masa sih sudah dicukupin mau korupsi, masih mau mainin anggaran?'” kata Ima.

“Pak Ahok juga sering cerita, di DPR RI dulu ada beberapa teman yang main (anggaran), yang penting Pak Ahoknya enggak main. Yang penting semua yang kita dapat, kita laporin,” tambahnya.

Cara kedua, menurut Ima, ia akan melaporkan kepada pimpinan partai tempatnya bernaung apabila mencium gelagat mencurigakan tentang permainan anggaran di DPRD DKI.

“Kebetulan, Ketua DPRD DKI nanti dari PDI-P. Contoh, sekarang kan Pak Pras (Prasetio Edi Marsudi) Ketua (DPRD DKI Jakarta 2014-2019). Kadang ada berita soal anggaran saya suka kirim ke Pak Pras. Saya suka kasih tahu, ini enggak bagus gini-gini,” ujar Ima.

“Ketika saya sudah di dalam, ya saya harus ngomong. Ada yang enggak benar saya pasti akan ngomong. Orang baik banyak, orang pintar banyak, tapi yang ngomong kebenaran enggak banyak,” kata dia.

Ima mengaku, menjadi anggota dewan adalah dari panggilan hatinya. Hal itu yang membuatnya percaya tak akan melanggar sumpah jabatan dengan ambil bagian dalam permainan bejat tersebut.

“Saat disumpah untuk jadi anggota DPRD, kami harus patuh konstitusi. Tapi juga tidak mengesampingkan partai,” ujar Ima.

“Saya belum bisa judge dulu DPRD yang sekarang seperti apa, kan saya tidak di dalam. Ketika saya sudah dilantik, saya akan lakukan program partai yang sudah diperintah Bu Megawati dan saya sudah disumpah untuk menghormati konstitusi,” lanjut dia.

Ima Mahdiah merupakan anggota DPRD terpili pendatang baru di DPRD DKI. Ia meraup 30.591 suara di daerah pemilihan (Dapil) 10 Jakarta Barat pada pemilu lalu. (Hr-www.harianindo.com)