Jakarta – Sebelumnya, diberitakan bahwa seorang budayawan Betawi bernama Ridwan Saidi mengklaim bahwa Kerajaan Sriwijaya yang selama ini dikenal sebagai bagian dari khazanah sejarah Nusantara merupakan sebuah kerajaan fiktif. Ujaran tersebut sontak membuat sejumlah pihak menentang Ridwan Saidi. Bahkan ada yang sampai melaporkan dirinya ke pihak kepolisian.

Namun tak hanya itu, Ridwan Saidi juga melontarkan klaim sejarah yang tak kalah mengejutkan. Ia berpandangan bahwa Raden Fatahillah bukanlah keturunan Arab, melainkan adalah seorang figur berdarah Yahudi. Keterangan tersebut ia tuturkan di video yang sama ketika ia mengatakan bahwa Sriwijaya adalah fiktif.

Baca Juga: Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, JJ Rizal: “Dibuktikan Saja Secara Saintifik”

Dalam video yang berdurasi sekitar 15 menit tersebut, Ridwan berargumen bahwa Fateh (Raden Fatahillah) adalah seorang pemimpin pasukan Yahudi. Fateh juga memiliki nama Aladin yang berarti serupa agama.

Beserta pasukannya, Fateh mendatangi Pulau Jawa untuk menyerang Pasuruan. Namun pasukan tersebut dikalahkan oleh Raja Pembegal, memaksa Fateh untuk mengungsi ke Jakarta.

“Pateh ini lari ke Jakarta, dia enggak punya teman pada 1540. Dia itu Yahudi bar-bar yang kabur kerena diserang oleh kelompok kerajaan Melayu. Dia frustrasi makanya dia dijuluki Falatehan, itu bahasa Armenia yang menyerap ke bahasa Sunda artinya penyulut api. Dan tidak jelas mati di mana,” tutur Ridwan Saidi.

Menanggapi ujaran dari Ridwan Saidi tersebut, seorang arkeolog dari Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, mengatakan bahwa argumen Ridwan tersebut tidak berdasar.

“Kalau Raden Fatahillah, bagi saya sih mengikuti Mang Ayat, Prof. Ayat Rohaedi, dia bilang seorang ahli itu boleh ngomong apa saja asal ada data. Kalau tidak ada ya, pertama dia bukan ahli kedua dia pengarang itu saja. Ada datanya tidak sumbernya dari mana,” ujar Agus Aris Munandar di Museum Nasional, Kamis (29/08/2019).

Merunut pada narasi sejarah yang selama ini diajarkan, Raden Fatahillah dikenal sebagai tokoh yang melawan Portugis dan berhasil mengusir pasukan Lusitania tersebut dari pelabuhan Sunda Kelapa. Fatahillah pula lah yang berjasa mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta untuk mengenang kemenangan Fatahillah atas pasukan Portugis. (Elhas-www.harianindo.com)