Surabaya – Tingginya angka perceraian di Provinsi Jawa Timur membuat Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa angkat bicara. Diketahui bahwa Jawa Timur merupakan provinsi yang memuncaki jumlah kasus perceraian di Indonesia.

Menurut Khofifah, tingginya perceraian di Jatim harus ditanggulangi oleh sejumlah pihak. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kasus di Jatim berbeda dengan di Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang notabene juga berada di dalam tiga besar angka perceraian tertinggi di lingkup nasional.

“PR kita bersama, angka perceraian di Jawa Timur yang tertinggi. Penyebab perceraian di Jawa Timur karena tidak harmonis, bukan karena faktor ekonomi tapi ada wanita idaman lain,” kata Khofifah di Surabaya pada Senin (16/09/2019).

Dalam acara Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran BKKBN, Khofifah mengungkapkan bahwa dari semua golongan masyarakat, profesi guru adalah golongan yang paling banyak bercerai di Jatim.

Mantan Menteri Sosial tersebut mengungkapkan lebih lanjut alasan di balik kasus perceraian pada dua provinsi selain Jatim. Kasus di Jateng didominasi oleh ketiadaan tanggung jawab dari suami sebagai alasan perceraian. Sementara faktor ekonomi menjadi pemantik perceraian di Jabar.

Khofifah kemudian mengatakan bahwa perceraian yang disebabkan oleh ketidakharmonisan seperti dalam kebanyakan kasus di Jatim harus segera diidentifikasi akar penyebabnya. Hal tersebut dipandang memiliki urgensi yang tinggi lantaran berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan prediksi dari konsultan ekonomi PricewaterhouseCoopers, Indonesia dengan modal sumber daya alam dan bonus demografi kelak akan menjadi negara terkuat nomor empat di dunia dari segi ekonomi.

Tak hanya kasus perceraian, Khofifah juga menyebutkan angka kekerdilan anak (stunting) dan kematian ibu dan bayi yang masih tinggi. Dari situlah, Khofifah kemudian mengatakan bahwa hal tersebut bisa menghambat atau bahkan memupuskan prediksi tersebut. (Elhas-www.harianindo.com)