Kairo– Ribuan rakyat yang tergabung ke dalam aksi pro-demokrasi melakukan unjuk rasa di Lapangan Tahrir Kairo, Mesir, mengajukan penuntutan terhadap Presiden Abdel Fattah el-Sisi untuk turun dari jabatannya saat ini.

Mereka menyutujui agar rezim pemerintahan saat ini segara turun. Di kota Alexandria, ratusan orang berbaris di dekat pantai dan meneriakkan slogan ‘bangkit, jangan takut, Sisi harus pergi’.

Sementara, di kota pelabuhan Damietta, para pengunjuk rasa merobek-robek poster besar yang bergambar Presiden el-Sisi. DIkabarkan bahwa unjuk rasa tersebut terjadi di delapan kota, dengan kerumunan terbesar terjadi di Kairo, Alexandria, dan Suez.

Dari hasil pantauan Minggu, 22 September 2019, demonstrasi yang tidak mengantongi izin tidak boleh digelar di Mesir. Polisi segera turun tangan dengan menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa di Lapangan Tahrir.

Setidaknya 74 orang digelandang di seluruh wilayah Mesir, sementara seorang jurnalis ditangkap di kota Mahalla.

Aksi tersebut terjadi setelah video dari seorang pengusaha yang diasingkan bernama Mohamed Ali, menekan warga Mesir untuk turun ke jalan setelah pertandingan sepak bola antara klub Al Ahly dan Zamalek di Kairo.

Dalam serangkaian video yang diunggah di Facebook dan Twitter, Ali yang mengklaim bekerja sebagai kontraktor bangunan untuk tentara selama 15 tahun, melayangkan tudingan terhadap el-Sisi dan para pembantunya senantiasa menghambur-hamburkan dana kendati kondisi kemiskinan bertambah meningkat.

“Presiden Sisi telah membawa korupsi ke tingkat yang baru. Saya membangun lima villa untuk pembantu Sisi dan sebuah istana untuk presiden di sebuah kamp militer di Kairo,” ungkap pria yang tinggal di Spanyol itu.

el-Sisi berdalih atas tuduhan tersebut sebagai fitnah. Dalam sebuah konferensi pekan lalu, Sisi menyatakan bahwa dirinya jujur dan setia kepada Mesir dan militer.

“Mohamed Ali mungkin adalah orang paling populer di Mesir saat ini. Ini adalah sesuatu yang menjadi ancaman sah bagi pemerintah el-Sisi. Jika itu bukan ancaman yang sah, maka el-Sisi tidak akan keluar dan merespons langsung tentang Mohamed Ali pada konferensi pemuda pekan lalu,” kata ketua Program Media dan Jurnalisme di Institut Studi Pascasarjana Doha, Mohamad Elmasry.

Sebagai informasi, el-Sisi mendusuki kekuasaan pasca kudeta militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi yang terpilih secara demokratis pada 2013.

Ia terpilih tahun berikutnya dengan 97 persen suara dan dipilih kembali pada tahun 2018, di mana rivalnya saat itu adalah pendukungnya sendiri.

Statistik resmi yang dikeluarkan pada Juli lalu menunjukkan 33 persen orang Mesir hidup dalam kemiskinan, naik dari 28 persen pada 2015 dan 17 persen pada 2000. Perkiraan lain menyebutkan angka tersebut bisa lebih tinggi. (Hr-www.harianindo.com)