Jakarta – Salah satu hal menarik yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo setelah resmi dilantik kembali adalah impian untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle trap income.

Lebih lanjut, Jokowi menyebut bahwa pada tahun 2045 kelak, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia bisa mencapai Rp 320 juta per tahun atau Rp 27 juta per bulan.

Terkait seberapa realistis impian tersebut, peneliti CSIS Fajar B Hirawan mengungkapkan bahwa apa yang diimpikan oleh Jokowi merupakan cara untuk memantik optimisme Indonesia.

“Apa yang disampaikan pak Jokowi kemarin memang merupakan upaya untuk menunjukkan optimisme Indonesia menjadi negara maju,” kata Fajar pada Senin (21/10/2019).

Baca Juga: Jokowi Effect Akan Memberi Dampak Positif di Periode Kedua?

Diketahui bahwa pada tahun 2018, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia berada pada angka USD 4.200 yang setara denga Rp 60 juta per tahun atau Rp 5 juta per bulan.

Dengan capaian pada tahun sebelumnya, maka untuk mewujudkan besaran pendapatan masyarakat Rp 320 juta per tahun atau Rp 27 juta per bulan pada 2045 Indonesia perlu menggenjot PDB sebesar 400 persen dalam waktu 25-27 tahun. Sedangkan untuk mencapai target itu, Indonesia harus mengalami pertumbuhan 16-17 persen tiap tahun.

Meskipun perhitungan tersebut terlampau sederhana dan kurang representatif, namun Fajar memandang bahwa pemerintah memiliki cara tersendiri untuk mengejar tujuan itu.

Fajar kemudian membeberkan pertumbuhan PDB per kapita di Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Pada tahun 2017-2018, PDB per kapita mengalami pertumbuhan 4 persen. Untuk rentang yang lebih panjang lagi, yakni dari tahun 2013-2018, besar pertumbuhan hanyalah 20 persen.

“Jadi apakah itu realistis atau mimpi, saya kira itu semua tergantung bagaimana strategi pembangunan ekonomi pemerintah nanti di lima tahun ke depan dan apakah tongkat estafet untuk pemimpin selanjutnya itu benar-benar punya kesinambungan menuju capaian tersebut,” papar Fajar. (Elhas-www.harianindo.com)