militan Suriah

militan Suriah

Riyadh – Sejak dua bulan lalu, diketahui pemerintah Arab Saudi membeli beberapa rudal dari Prancis dan Belgia. Nampaknya rudal tersebut akan dikirimkan untuk para pemberontak di Suriah. Seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (18/6/2013), dimana rudal-rudal antipesawat tersebut nantinya untuk pemimpin oposisi Suriah, Free Syrian Army (FSA), Salim Idriss.

Memang sebelumnya, Idriss meminta bantuan dari negara-negara Barat untuk menyediakan rudal antitank dan antipesawat yang ditujukan untuk militan Suriah. Berdasarkan penuturan dari Idris bahwa pada dasarnya para pemberontak dapat mengalahkan para militer Suriah jika memiliki persenjataan yang kuat.

Bahkan Louay Meqdad, selaku koordinator politik FSA mengungkapkan bahwa selain pesawat tempur, dalam pertemuan dengan pejabat-pejabat Barat dan Amerika Serikat yang akan digelar di Turki mereka juga meminta senjata berat dan juga tank-tank.

Dimana belum lama ini, Uni Eropa telah menghentikan embargo atas pengiriman senjatanya ke Suriah. Bahkan pada 14 Juni lalu, Barack Obama selaku Presiden AS telah memerintahkan untuk menyuplai senjata bagi para militan yang ada di Suriah. Tentunya ini membuka peluang pengiriman senjata bagi para oposisi yang menginginkan Presiden Suriah Bashar al-Assad lengser.

Senjata yang dimaksud antara lain seperti senapan serbu, granat berpeluncur roket dan rudal-rudal antitank. Bahkan zona larangan terbang di atas wilayah Suriah juga ingin dicetuskan oleh sekutu Timur Tengah dan juga negara-negara Barat. Namun hal ini nampaknya mendapatkan kritikan dari Rusia.

Hal ini diungkapkan oleh Alexander Lukashevich, selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, bahwa seharusnya skenario tersebut tidak ada. Karena di Libya sendiri juga pernah diberlakukan hal tersebut. “Tentunya kami tidak ingin konflik yang ada di Suriah berkepanjangan,” tutur Lukashevich. (Rani Soraya – www.harianindo.com)