AS Katakan Insiden Kunming, China, Sebagai Aksi Terorisme Washington – Pemerintah AS, melalui Departemen Luar Negeri, telah mendeskripsikan insiden penyerangan yang terjadi di Kunming, China, sebagai aksi terorsime. Seperti dilansir dari BBC (Selasa, 4/3/2014), pernyataan tersebut merupakan respon AS setelah media nasional China mengatakan bahwa media barat, termasuk AS, telah mempublikasikan pemebritaan yang bias, karena tidka menyebutkan kata “teroris” terkait kejadian tersebut.

Pemerintah China menyalahkan kelompok separatis asal Xinjiang atas kejadian tersebut, dan menyebutnya secara tegas bahwa kejadian ini adalah aksi terorsime. Delapan orang berbaju hitam menyerang orang-orang di stasiun kereta api di tenggara Kunming. Telah dilaporkan 29 orang meinggal dunia, 130 orang luka-luka, dan laporan terbaru mengatakan 20 orang kritis. Empat pelaku ditembak mati di tempat, seorang pelaku wanita yang terluka berhasil ditangkap, dan tiga tersangka sisanya berhasil ditangkap sehari setelah kejadian.

Sebelumnya, AS, melalui kedutaan besarnya di China, mendeskripsikan kejadian ini “hanya” dengan “kejadian kekerasan yang mengerikan”. Hal tersebut tampaknya menyulut emosi media nasional China. Kantor berita negeri Xinhua mengatakan bahwa pernyataan tersebut sebagai bukti adanya standar ganda untuk usaha melawan terorisem global. Lebih lanut, kantor berita tersebut mengatakan bahwa di balik pernyataan AS tersebut, dapat diterjemahkan bahwa dalam pemahaman AS, pelaku-pelaku pembunuh tersebut merupakan kelompok yang mendapat tekanan dan kemudian menyerang balik menuntut kemerdekaan. Di sini, tampak sekali bahwa pihak China bersikukuh menginginkan kejadian ini agar disebut sebagai aksi terorisme dan karenanya, penanganan yang dilakukan adalah penanganan pemberantasan teroris.

China juga mengkritik media barat tentang pemberitaan yang beredar. Mereka mengatakan bahwa apakah media-media tersebut benar berbicara tentang hak asasi manusia, dan apakah media tersebut tidak sadar bahwa lokasi kejadian seperti telah tergenang oleh kolam darah dari korban-korban yang bergelimpangan. Media China menambahkan pula bahwa jika kejadian serupa terjadi di wilayah AS apakah tidak akan disebut dengan aksi terorisme. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)