Krisis Ukraina: Diplomat-diplomat Besar Berkumpul Mencari Solusi di ParisParis – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, telah mengadakan pertemuan dengan Amerika Serikat dan beberapa negara perwakilan Uni Eropa untuk membahas masalah Ukraina. Seperti dilansir dari BBC (Rabu, 5/3/2014), dalam pertemuan yang diadakan di Paris, Perancis, itu, Lavrov mengatakan bahwa dirinya setuju tentang ide dimana kedua belah pihak, Rusia dan Ukraina, wajib menghirmati dan mematuhi kesepakatan yang dijembatani oleh Uni Eropa pada bulan lalu. Kesepakatan tersebut meliputi reformasi politik. Adapun Presiden Viktor Yanukovych melarikan diri sebelum kesepakatan tadi dijalankan di Ukraina.

Uni Erop sebelumnya telah menawarkan bantuan sebesar 11 miliar euro, atau senilai dengan 176 triliun rupiah, untuk Ukraina. Presiden dari Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso, mengatakan bahwa paket pinjaman tersebut ditujukan untuk membantu pemerintahan baru berorientasi reformasi dari Ukraina. Adapun Kementrian Keuangan Ukraina memprediksi bahwa negaranya membutuhkan dana sebesar 35 miliar dollar, atau sekitar 430 triliun rupiah, untuk menyelamatkan negaranya.

Adapun perkembangan lain terkait krisi Ukraina antara lain

  • Pasukan bersenjata Rusia yang erada di Crimea dilaporkan mengancam rombongan utusan dari Sekretaris General PBB, Robert Serry, namun dirinya dilaporkan aman
  • Ratusan demonstran pro-Rusia meneyrang gedung pemerintahan regional di daerah Donetsk untuk kedua kalinya dalam beberapa ahri ke belakang
  • Pasukan militer Rusia telah merebut lokasi pertahanan misil milik Ukraina

Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dan perwakilan dari Inggris raya, Jerman, dan Perancis juga untuk membahas konferensi yang telah lama direncakan di Lebanon. Dalam pertemuan Paris ini, Rusia dan AS tampak masih jauh dari kata sepakat. Adapun Nato dan Rusia sedang mengadakan pertemuan lain terkait isu yang sama di Brussels, Belgia. Pihak AS menghendaki adanya keterlibatan sebuah tim pengamat independen yang diterjunkan langsung ke lapangan, dan menuntut diadakannya pertemuan langsung antara Kiev dengan Moscow.

Adapun pertemuan Paris ini oleh banyak pengamat politik dilihat juga sebagai ajang untuk menguji bagaimana iklim perundingan untuk Ukraina, berjalan mulus atau panas penuh tekanan. Menteri Luar Negeri UK, William Hague, mengatakan bahwa jika tidak ada progres dalam pertemuan tersebut, maka tentu akan ada konsekuensi dan harga yang harus dibayar. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)