Washington – Senat Amerika Serikat pada Rabu (1/2/2017) mengukuhkan mantan Kepala ExxonMobil Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS. Pengukuhan diberikan kendati ada keraguan menyangkut sikap Tillerson terhadap Rusia.
Pengukuhan Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS berdasarkan suara dukungan 56 berbanding 43. Tiga anggota parlemen Demokrat dan satu independen bergabung dengan kalangan Republik memberikan persetujuan. Senator Demokrat, Chris Coons, tidak mengikuti pemungutan suara.
Mantan kepala perusahaan tersebut sebelumnya memiliki hubungan bisnis dengan dengan Rusia serta hubungan dengan pemimpin negara itu. Saat menyampaikan pidato pengukuhan, Tillerson yang menyebut Rusia sebagai “bahaya” bagi Amerika Serikat, mengatakan ia mendukung penerusan sanksi AS terhadap Moskow.
“Rusia saat ini berbahaya, tapi bisa diduga dalam memajukan kepentingannya,” ujar Tillerson sebaimana diberitakan Reuters pada Kamis (2/2/2017).
“Tepat jika sekutu-sekutu kita di NATO berhati-hati terhadap kebangkitan kembali Rusia.”
dia juga merekomendasikan “peninjauan kembali secara penuh” kesepakatan nuklir dengan Iran. Namun, Tillerson tidak meminta agar perjanjian itu ditolak.
Mengenai sengketa Laut China Selatan, Tillerson mengatakan di dalam sidang Senat bahwa Cina harus berhenti membangun pulau di Laut China Selatan.
Baca juga: Berencana Lepas dari Brexit, Perdana Menteri Theresa May Didukung Parlemen Inggris
Dia mengatakan Cina harus dihadang agar tidak memasuki kepulauan di wilayah itu, yang dianggap Cina sebagian bagian tak terpisahkan dari wilayah negaranya.
Sebelumnya, Tillerson dikenal luas sebagai sosok yang menentang sanksi terhadap Rusia ketika ia masih aktif di perusahaan ExxonMobil yang dipimpinnya.
Selain itu, dia menolak menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang. Sebab, dia telah mengenal Putin sejak 1990-an. Tillerson mendapat penghargaan Tanda Jasa Persahabatan dari Putin pada 2013. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)