Harian IndoJakarta – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memandang perlu untuk dibuat kalender Hijriyah permanen sehingga setiap tahun tidak diperlukan lagi sidang itsbat untuk menetapkan awal Ramadhan dan Idul Fitri.
Menurut Wakil Ketua Komisi VIII Sodik Mudjahid, kemajuan ilmu pengetahun sudah dapat menentukan penanggalan hari perhari dengan cukup akurat, bahkan untuk puluhan tahun kedepan.
Karena itu, DPR mengajukan lima poin penting yang perlu diperhatikan pemerintah terkait ide penghapusan sidang itsbat.
1. Menteri Agama sebelumnya telah menetapkan tim dari kalangan ilmuwan dan ulama untuk menyusun kalander hijriyah permanen.
2. Menjelang tiba bulan puasa, Menteri Agama meminta penegasan kepada tim tentang pertanggalan 1 Ramadan dan 1 Syawal tahun berjalan berdasar kalender hijriyah permanen yang sudah ditetapkan.
3. Menampung laporan itsbat (penetapan) 1 Ramadan dan 1 Syawal dari ormas Islam baik dalam forum pertemuan langsung dengan pimpinan ormas atau cukup laporan tertulis.
4. Pengumuman penegasan pertanggalan 1 Ramadan dan 1 Syawal tahun berjalan Republik Indonesia oleh Menteri Agama berdasarkan kalender hijriyah permanen yang sudah disusun dan ditetapkan sebelumnya.
5. Pada saat penegasan 1 Ramadan dan 1 Syawal versi pemerintah, Menteri Agama menyampaikan pula hasil itsbat ormas ormas Islam baik yang sama atau yang beda dengan pemerintah.
Keuntungan dari peniadaan sidang itsbat dan pembuatan kalender hijriyah permanen menurut Sodik Mudjahid yakni, bangsa Indonesia siap masuk ke era kemajuan teknologi dan pengetahuan.
“Kalender hijriyah permanen ini penting untuk perencanaan kegiatan umat ke depan,” bebernya.
Selain itu, dengan dibuatnya kalender tersebut maka kalangan awam tidak lagi dipertontonkan dengan ‘perpecahan’ dan ‘kebingungan’ yang sering terjadi di dalam penetapan awal Ramadhan.
Manfaat lainnya yakni dana proses itsbat bisa digunakan untuk pembinaan umat dalam bulan Ramadan.
(samsul arifin – www.harianindo.com)
