Jakarta – Dr. Stefanus yang meninggal dunia saat sedang bertugas di Hari Raya Idul Fitri disebut dikarenakan mengidap Brugada Syndrome. Apa itu Brugada Syndrome?
Penyakit ini disebut sebagai penyakit kelainan genetik pembuluh darah koroner yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1992 oleh Brugada.
Brugada Syndrome merupakan gangguan irama jantung yang serius yang mengakibatkan jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal sehingga dapat berakibat fatal.
Penyakit ini lebih banyak diderita oleh kaum pria dan banyak dijumpai di Jepang dan Asia Tenggara, di mana sebelumnya telah digambarkan sebagai Sindrom Kematian Nokturnal Mendadak yang Tidak Dapat dijelaskan (SUNDS).
Brugada Syndrome seringkali tidak menunjukkan gejala. Namun beberapa orang merasakan gejala seperti layaknya penyakit jantung pada umumnya, yakni sesak napas, detak jantung tidak beraturan, demam tinggi, kejang, dan pingsan.
Brugada Syndrome disebabkan karena adanya kerusakan kanal ion jantung, sehingga aliran elektrik jantung menjadi tidak teratur, yang berakibat ritme kontraksi jantung menjadi sangat cepat.
Hampir sepertiga kasus Brugada Syndrome disebabkan mutasi pada gen SCN5A. Dalam kondisi normal, gen ini berfungsi untuk mengatur aliran ion natrium di jantung. Pada saat terjadi mutasi, jumlah ion natrium akan menurun sehingga aktivitas kontraksi jantung pun menjadi terganggu.
Selain faktor keturunan, Brugada Syndrome juga disebabkan karena penggunaan kokain, memiliki kandungan kalsium yang tinggi di dalam darah, memakai obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, depresi, dan nyeri dada, serta memiliki kadar kalium yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
(samsul arifin – www.harianindo.com)