Home > Ragam Berita > Nasional > Beredar Rekaman Telepon Menteri BUMN dan Dirut PLN, Ini Penjelasan Kementerian BUMN

Beredar Rekaman Telepon Menteri BUMN dan Dirut PLN, Ini Penjelasan Kementerian BUMN

Jakarta – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberikan klarifikasi soal beredarnya rekaman percakapan telepon antara Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir.

Beredar Rekaman Telepon Menteri BUMN dan Dirut PLN, Ini Penjelasan Kementerian BUMN

Menurut Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro, rekaman tersebut memang percakapan antara Menteri BUMN dan Dirut PLN untuk mendiskusikan soal rencana investasi proyek penyediaan energi yang melibatkan PLN dan Pertamina.

Imam juga menegaskan, percakapan tersebut bukan membahas soal bagi-bagi fee seperti kabar yang telah beredar.

Dalam percakapan yang terjadi satu tahun lalu ini, Menteri BUMN dan Dirut PLN ingin memastikan rencana investasi tersebut benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi PLN dan negara.

Namun demikian, proyek tersebut akhirnya tidak terealisasi karena tidak diyakini dapat memberikan keuntungan bagi PLN dan Pertamina.

“Kami tegaskan kembali bahwa pembicaraan utuh tersebut isinya sejalan dengan tugas Menteri BUMN untuk memastikan bahwa seluruh BUMN dijalankan dengan dasar Good Corporate Governance (GCG),” kata Imam, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (28/4/2018).

Berikut petikan rekaman pembicaraan telepon tersebut:

SB: Saya juga kaget kan Bu, saya mau cerita ke Ibu, beliau kan panggil saya, pagi kemarin kan saya baru pulang…. Telat Bu. Kemarin diskusi masalah FSRU.

RS: Yang penting ginilah Bapak, udahlah, kan yang harus ambil kan dua, Pertamina sama PLN.

SB: Betul

RS: Ya, dua-duanya punya saham lah Pak, bilang gitu.

SB: Iya dia mau kasih kecil, saya bertahan Bu. Kan beliau ngotot. Kan, kamu gimana sih, Sof? Loh kan Pak kalau enggak ada PLN kan Bapak enggak ada juga tuh buat bisnis.

PLN. Waktu itu saya ketemu Pak Ari juga, Bu. Ketemu Pak Ari, saya bilang Pak Ari mohon maaf masalah share ini kita duduk lagi lah, Pak Ari.

RS: Saya terserah bapak-bapak lah, saya memang kan konsepnya sama, sama Pak Sofyan.

Jadi masalah-masalah off-take, kalau enggak dapat off-take dari kalian kan mereka juga tidak dapat pendanaan gitu loh. Itu aja.

SB: Ya enggak apa juga Bu, cuma 15 persen berdua. Saya bilang, ya enggak nett lah pak, saya bilang, tolong lah jangan segitulah Pak, kan malu saya sebagai Dirut PLN masa dapat 7,5 persen. Saya bilang gitu.

RS: Bener, bener, bener, bener.

SB: Saya bilang begitu, kamu jangan dagang di situ, kamu dagang listrik. Iya Pak, tapi nanti kan orang bertanya sama saya. Jadi mohon maaf.

RS: Ya gapapa bener.

SB: … ngomong ke Ibu tolong diusahakan.

RS: Ya, enggak apa. Apapun biar bagaimana BUMN ini kan tetap kita jaga, kan akhirnya itu komitmennya, komitmen dari BUMN untuk mereka itu bisa IRR masuk itu tidak terlepas dari kita juga karena yang utama yang beli kan adalah PLN. Sama, tapi terutama PLN. Pertamina juga dong.

SB: Bukan Bu, Pertamina supply Bu. Iya, oh enggak beli juga Bu, beli.

RS: Karena dia kan ada customer juga.

SB: Oh iya ya.

RS: Dia beli juga.

RS: Karena dia ada sesuatu juga yang dimanfaatin untuk terus dia ke mana-mana. Makannya ini kompetisi sama PGN sebetulnya. Kedepannya ini mau saya beresin gitu loh. Apa namanya, kalau saya bilang, kedepannya PLN lah.

SB: Iya Bu, Saya gapapa ngotot gitu kan ya?

RS: Gapapa gapapa gapapa. Ya kan sebagai direksi harus begitu dong.

SB: Saya diminta ketemu Pak Ari lagi. Minggu ini atau minggu depan saya mau ketemu Pak Ari, saya mau terang-terangan ngomong sama Pak Ari. Pak Ari tolong lah malu saya kalau 7,5 persen. Ya kan Bu ya, kan cuma maksud saya gini Bu.

RS: Kakakku lagi gak mau ngomong sama aku.

SB: Saya tahu saya tau karena beliau cerita.

RS&SB: (tertawa)

RS: Dia bilang kita harus mainkan, loh gimana sih …. Saya bilang gitu kan. Pokoknya begini lah menurut saya, saya bilang karena PLN sama Pertamina ini kan off take, ya enggak mungkin dong saya bilang. Terus menurut saya, banyak yang nerusin. Cuma saya ngomong sama kakak saya yang satunya, biasanya kalau dia sudah enggak mau ngomong, saya ngomong sama yang satunya supaya nyambung ke sana, gitu kan. Saya bilang gini aja deh, mereka itu the biggest shareholders tapi bukan menyoroti shareholders.

RS: Ya kan, … Service kurangin lah sedikit. Aku ngomong gitu. Aku ngomongnya gitu aja kemarin. … Satunya enggak tau nyambungnya ke siapa.

SB: Iya

SB: Saya bilang sama Pak JK kemarin. Bapak saya bilang mohon maaf, Bapak kan bilang 35 persen karena dia yang cari uang. Udah saya yang cari uang kalau cuma 600 juta usd.

RS: Bener bener

SB: Saya yang cari uang Pak. Kalau dia 35 saya 7,5. Udah lah Pak saya bilang. Saya cari uang sendiri. Yang kedua saya mau open book dalam investasinya gitu. Maksud saya kan tidak ada open juga Bu. Gitu Bu.

RS: Ada benernya sih. He eh. Pak Sofyan bener. Bener. Bener. Setuju.
(samsul arifin – www.harianindo.com)

x

Check Also

Anies Baswedan Kembali Ancam Bakal Tutup Diskotek Old City

Anies Baswedan Kembali Ancam Bakal Tutup Diskotek Old City

Jakarta – Gubernur Anies Baswedan mengancam akan menutup diskotek Old City di Tambora, Jakarta Barat. ...


Warning: A non-numeric value encountered in /srv/users/serverpilot/apps/harianindo/public/wp-content/plugins/mashshare-sharebar/includes/template-functions.php on line 135