Jakarta – Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya membenarkan ancaman terhadap dirinya bukan pertama kali terjadi. Dia sering mengalami ancaman, meski lewat media sosial.

Barup-baru ini Direktur Eksekutif Charta Politika itu menjadi target pembunuhan yang dikomandoi oleh Kivlan Zein.

“Sebetulnya nggak hal baru. Pertama sempat ada kantor saya akan didemo. Bahkan sebelum pemilu saya sempat melaporkan beberapa akun terkait dengan ancaman ke saya, meskipun hanya lewat medsos dan penyebaran nomor telepon secara sengaja. Dan pembuatan chat palsu. Sudah sempat ada yang ditangkap setahu saya dari akun yang memang terbukti menyebarkan hoaks atau fitnah,” kata Yunarto, Rabu (12/06/2019).

Yunarto mengkonfirmasi ancaman dirinya lewat media sosial hal biasa karena kebanyakan yang mengancam adalah akun anonim.

“Jadi ada beberapa, tetapi sebetulnya di era medsos ini hal biasa. Ancam mengancam, akun anonomi,” kata Yunarto.

Sebelumnya, para tersangka penjualan senjata secara ilegal sekaligus merencanakan pembunuhan 4 pejabat negara dan 1 pemimpin lembaga survei memberikan pernyataannya, dal[ang dibalik perintah tersebut adalah Mayjen Purnawirawan Kivlan Zein.

Hal tersebut diungkapkan para tersangka melalui video yang ditayangkan saat konferensi pers yang digelar Mabes Polri di kantor Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa (11/06/2019).

Sal[ah satu tersangka yang berinisial IF, memberikan pengakuan via video, menjelaskan bahwa dirinya mendapat p-erintah khusus dari Kivlan Zein untuk menjadi eksekutor pembunuh Yunarto Wijaya.

Sedangkan tersangka IF membenarkan bahw ia bertemu Kivlan Zein di masjid kawasan Pondok Indah.

”Saya bertemu Pak Kivlan di masjid Pondok Indah. Keesokan harinya, saya bertemu lagi Pak Kivlan di masjid Pondok Indah,” kata IF.

Setibanya di parkiran masjid, kata IF, Army—rekan Kivlan Zen— memanggilnya masuk ke dalam mobil. Dalam mobil itu, IF berdiskusi dengan Kivlan Zen.

”Pak Kivlan menyodorkan ponsel ada foto Yunarto (Wijaya; Direktur lembaga survei Charta Politika) beserta alamat,” tuturnya.

Kivlan, kata dia, sempat berjanji kalau ada yang bisa eksekusi, maka menjamin anak istrinya serta menjanjikan liburan ke mana pun.

”Besoknya, kami survei ke lokasi, sekitar 12 siang. Sesampainya di sana, memakai ponsel Yusuf, kami memfoto dan memvideokan alamat Pak Yunarto. Saya kirim ke Army, dijawab mantab.”

Dalam kasus ini, polisi mendapati berbagai jenis senjata api dan rompi antipeluru, polisi juga berhasil mengamankan sejumlah mata uang asing dolar Singapura yang bernilai sekitar Rp 150 juta. (Hari-www.harianindo.com)