Jakarta – Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Reformis Islam (Garis) Cianjur menyerukan kepada seluruh anggotanya mencabut dukungan dari pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Ketua Umum Garis Cianjur Chep, Hernawan, menyatakan bahwa perjuangan organisasinya sudah tidak selaras dengan tim Badan Pemenangan Nasional Pasangan. Oleh karena itu, Garis menarik dukungannya terhadap Tim BPN.

“Pilpres sudah usai, tak ada dukung-mendukung lagi. Kami sudahi sampai di sini karena misi kami sudah tak sejalan. Siapapun pemenangnya kami hormati, asal MK mengambil keputusan dengan jujur,” kata pengusaha yang lebih dikenal dengan sebutan Chep Dapet ini, di Markas Besar Garis Cianjur, Jumat, 21 Juni 2019.

Ormas Garis mulai menjadi pusat perhatian saat polisi menyebut Garis adalah salah satu kelompok dalang kerusuhan 22 Mei 2019. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal, mengungkapkan bahwa kelompok Garis ini berdaasrakan pada pengakuan dua orang yang dibekuk dan ditahan sebagai tersangka.

“Dari keterangan dua tersangka itu, mereka berniat untuk berjihad pada aksi unras tanggal 21-22. Kami menemukan bukti-bukti yang sangat kuat,” ujar Iqbal di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat pada Kamis, 23 Mei 2019. Polda Metro Jaya saat ini sudah menahan keduanya.

Pada Maret lalu, nama Garis sempat disebut oleh Prabowo saat menghadiri kampanye di Cianjur. Saat itu Prabowo menggunakan mobil Toyota Alphard warna hitam bernomor polisi B 264 RIS yang disinyalir milik dari Chep Hermawan atau ketua umum Garis.

Chep mengaku mendukung perjuangan yang dilakukan Prabowo demi merebut posisi presiden. Salah satu bentuk dukungan yang dilakukannya meminjamkan mobil untuk digunakan Prabowo. “Saya sebagai Ketua Umum Gerakan Reformis Islam (Garis) Cianjur mendukung setiap langkah Pak Prabowo demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,” kata Chep.

Chep mengelak dari tudingan Polri bahwa kelompoknya jadi dalang kerusuhan di Jakarta setelah aksi 21 Mei dibubarkan polisi.

“Saya hanya mengirimkan 2 unit ambulans dengan total 8 tenaga medis. Saya sendiri hadir di Jakarta untuk memantau, tapi tidak terlibat aksi,” ujarnya, Kamis 23 Mei 2019.
Ia menegaskan berulang-ulang bahwa Garis tidak ada kaitannya sebagai dalang kerusuhan di Gedung Bawaslu itu.

Belakangan, Chep menyatakan tidak mendapatkan apa-apa dari Pilpres. Justru nama Garis dicatut sebagai kambing hitam dalang kerusuhan.

“Buktinya kemarin kami juga dituduh terlibat aksi rusuh yang menyebabkan jatuh korban. Padahal, gara-garanya hanya ambulans Garis yang dipinjam pihak lain untuk urusan medis ditangkap Brimob saat mengevakuasi korban. Ujung-ujungnya kami yang dipersalahkan,” tutur Chep.

Chep berujar nama Garis sering jadi sangkaan yang berujung salah paham. Dia mengaku sempat diperiksa di Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat setelah ambulans itu ditangkap.

“Saat dibuktikan ternyata bukan mobil kami. Mobil itu bernama Garis juga, tapi bukan ormas Gerakan Reformis Islam, melainkan yayasan Gerakan Rizalul Islam,” kata Chep.

Chep pun akhirnya mengambil ititkad bertemu dengan media untuk mencabut dukungannya terhadap paslon Prabowo-Sandi.

“Hal ini perlu disampaikan ke pihak media supaya tidak terjadi salah paham. Kita melakukan dauroh sekaligus tabayyun,” kata Chep.

Kemarin secara resmi, Chep mengumukan bahwa ia tealh mencabut dukungan terhadap Prabowo -Sandi dan kembali lagi sebagai organisasi kemanusiaan tanpa afiliasi politik apapun. (Hari-www.harianindo.com)