Jakarta – Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade geram dengan berbagai tudingan yang menuding ketua umumnya, Prabowo Subianto tergila-gila dengan kursi jabatan karena mau bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Sabtu lalu, 13 Juli 2019. Ia menegaskan Gerindra adalah partai yang tidak gampang tergoda kursi kabinet dan jabatan lainnya.

Menurut Andre, sejak pemerintahan presiden keenam Susilo Bambang (SBY) pada 2009 – 2014, Gerindra selalu ditawari kursi kabinet, namun tawaran itu selalu ditolak. Jokowi menawari Gerindra kursi kabinet pada 2014 s/d 2019 tapi tidak diambil. “Pada 2018 pun kami ditawari kursi wapres untuk 2019, pun tidak kami ambil.” Andre mencuit dalam akun twitter-nya @andre_rosiade. Dia memersilakan cuitannya dikutip.

Jika sekarang dengan gampang Gerindra dan Prabowo dituduh sebagai pengkhianat lantaran iming-iming jabatan, Andre pun tak terima. Gerindra, kata dia telah 10 tahun beroposisi. “Sejak berdiri sampai sekarang selalu berada di luar pemerintahan, bukti kami konsisten dan tidak gampang tergoda.”

Andre menegaskan bahwa Prabowo Subianto mau bertemu dengan Joko Widodo atau Jokowi pada Ahad lalu, hanya demi persatuan Indonesia. “Pak Prabowo dan Gerindra tidak pernah dan tidak akan pernah mengkhianati pendukungnya,” ujar Andre.

Prabowo dan Jokowi bertemu untuk pertama kalinya setelah Pilpres 2019, pada Sabtu kemarin. Titik awal pertemuan berlokasi di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus. Keduanya kemudian naik moda transportasi anyar itu menuju Senayan, dilanjutkan makan di Sate Senayan di FX Sudirman.

Jokowi mengharapkan tak akan ada lagi persaingan pasca Pilpres 2019. Tak ada lagi 01 dan 02, begitu pula sebutan “cebong” untuk pendukung Jokowi dan “kampret” untuk pendukung Prabowo.

Prabowo menyampaikan selamat kepada Jokowi yang kembali terpilih sebagai presiden. Prabowo juga menyampaikan kesiapannya membantu, sekaligus meminta Jokowi maklum jika pihaknya mengkritik kebijakan pemerintah.

Banyak relawan pendukung Prabowo – Sandiaga yang merasa kecewa dengan pertemuan itu. Mantan cawapres Sandiaga Uno memaparkan, keputusan Prabowo untuk melakukan pertemuan dengan mantanlawan politiknya di Pilpres 2019 itu merupakan salah satu bentuk perjuangan menghadirkan Indonesia yang adil dan makmur. Sebab, perjuangan itu tidak akan berhenti pada 17 April (hari pemilihan) dan 27 Juni (hasil sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi).

“Tapi ini adalah bagian daripada perjuangan kita terus. Jangan menyalahkan persona, jangan marah pada Prabowo, jangan marah pada saya. Tapi ini harus kita salurkan pada sesuatu yang positif untuk mewujudkan cita-cita dan gagasan,” ujar Sandiaga pasca menghadiri acara diskusi MPI Milenial, Jakarta, Ahad, 14 Juli 2019. (Hari-www.harianindo.com)