Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada semester kedua 2019 naik 9,4 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Berdasar data BPKM, total realisasi investasi periode Januari hingga Juni 2019 mencapai Rp 395,6 triliun.

Angka itu terdiri atas realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 182,8 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebanyak Rp 212,8 triliun.

Kepala BKPM Thomas Lembong menyatakan, tren pemulihan investasi senantiasa berlanjut di Indonesia sejak akhir 2018 di kuartal pertama dan kedua tahun ini.

”Kepercayaan (investor, Red) mulai pulih. Perusahaan multinasional mulai menyesuaikan dengan perang dagang atau minimum dampak negatif bisa dikelola atau dibatasi sehingga investasi mulai pulih,” urainya di kantor BKPM, Selasa (30/07).

Dari sisi ekonomi digital, pertumbuhan start-up dan e-commerce mengalami peningkatan yang tinggi.

Namun, jika ada suntikan dana dari investor, modalnya tidak secara alngsung masuk ke dalam negeri. lantaran, kantor induk usaha mereka tidak berada di Indonesia.

Misalnya tiga unicorn dari Indonesia, yakni Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka, serta satu decacorn Go-Jek yang induk usahanya ternyata berada di Singapura.

”Sering kali masuk (dana, Red) itu ke induk usaha di Singapura. Singapura bayar ke Indonesia (dalam bentuk, Red) sewa kantor, iklan, sewa motor mitra. Itu arus modal masuk pembayaran langsung dari induk unicorn ke vendor Indonesia bukan bentuk PMA,” terang Lembong.

Unicorn adalah sebutan bagi start-up bervaluasi lebih dari USD 1 miliar atau Rp 14 triliun.

Sementara itu, decacorn disematkan kepada perusahaan rintisan dengan nilai lebih dari USD 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.

”Jadi sedikit membingungkan. Kan ada pengumuman Grab investasi sekian, Go-Jek dapat sekian miliar dolar, tetapi kok tidak muncul-muncul lagi dalam bentuk arus modal masuk. Ternyata berupa pembayaran langsung,” jelas dia. (hr-www.Harianindo.com)