Jakarta – Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur menolak dengan keras acara Jember Fashion Carnaval di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Menurut FPI, kegiatan itu telah menciderai norma-norma kesusilaan dan agama.

Himbauan tersebut dikemukakan Ketua FPI Jatim Habib Haidar Alhamid, usai mendapat saran dan memantau media sosial yang ramai dengan penampilan seksi artis Cinta Laura dan sebagian talenta JFC. Dandanan mereka dianggap sudah kelewat vulgar.

“Kami menolak, kami mengingkari. Stop. Berhenti. Saya ketemu siapapun, saya akan bicara. Jangan salahkan orang ngomong, seperti kalian tidak mau disalahkan dalam berbuat. Tahun depan tidak perlu diselenggarakan,” kata Haidar, Selasa (06/08/2018).

Dengan tegas, Haidar menuding JFC sebagai bentuk kemungkaran. “Apalagi?” katanya.

“Pertama, ada umbar aurat. Ada kemungkinan meninggalkan salat. Kedua, tidak ada manfaat. Apa sekarang manfaat dari kemaksiatan? Dosa. Mendapatkan uang dari acara maksiat? Haram,” ujar Haidar.

Haidar melontarkan kritik bahwa tidak ada kontribusi JFC untuk Jember. “Terus Jember jadi apa setelah ada JFC? Apa lebih makmur? Apa lebih sengsara? Jember tidak lebih baik (setelah ada JFC). Kalau cuma mengekspos, menjual rakyatnya dengan telanjang, apa gunanya sih? Dengan kemaksiatan, sekarang apa yang perlu dibanggakan? Jember dikenal dengan telanjang, dengan maksiat, dengan meninggalkan salat, sehingga dengan acara-acara seperti itu mendatangkan uang? Apa seperti itu yang diharapan: Jember maju, perputaran uang banyak, dengan maksiat?”

Haidar meminta agar Jember dikagumi penduduk bumi dan langit. “Jangan dikagumi penduduk bumi, tapi dimurkai penduduk langit, terutama dimurai pencipta langit dan bumi,” katanya.

Terpisah, CEO JFC Suyanto menyatakan, tidak bisa memuaskan semua orang. “Kalau mau memuaskan semua, ya akhirnya tidak berjalan JFC ini. Kalau ada kuisioner, mungkin yang suka seratus banding satu. Kalau ada satu yang protes, lalu yang seratus tidak perlu lihat. Ditimbang beginilah: antara mudarat dengan manfaatnya,” katanya.

Suyanto mengingatkan, banyak tamu yang datang ke Jember dan memberikan pemasukan ke Jember. “Kita berpikir tidak hanya dari satu sisi. Kalau tidak suka kethok ngono (kelihatan penampilan seperti itu, red), ya merem (memejamkan mata),” katanya.

JFC adalah karnaval fesyen di atas jalan raya sepanjang 3,6 kilometer dan diikuti 600 orang model yang berasal dari warga biasa. Tahun ini adalah tahun ke-18 penyelenggaraannya. (Hr-www.harianindo.com)