Jakarta- Juru Bicara Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin beranggapan bahwa pemerintah harus berlaku tegas atas kerusuhan di Manokwari, Papua. Alasannya, lantaran tindakan dengan merusak fasilitas umum jelas melanggar hukum.

“Karena kalau tidak aksi mereka bisa menjadi-jadi dan sangat mengancam keutuhan bangsa,” kata Novel kepada VIVAnews, Senin, 19 Agustus 2019.

Kemudian, dia menambahkan, untuk TNI segera berlakukan darurat militer sebagai upaya antisipasi terhadap gejolak yang semakin besar yang ingin memanfaatkan situasi itu untuk mengeluarkan deklarasi guna memisahkan diri dari NKRI.

“Karena sinyalemen itu secara resmi disampaikan pejabat tinggi, ASN di Pemda Papua,” ungkapnya.

Sebelumnya, kerusuhan terjadi di kota Manokwari, Papua Barat, pada pagi tadi, Senin, 19 Agustus 2019. Sejumlah ruas jalan diblokir, dengan pembakaran ban oleh para massa yang diduga akibar dari perselisihan yang terjadi di Malang dan Surabaya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian sendiri menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Papua Barat, pada Senin, 19 Agustus 2019, sebetulnya berawal dari kasus kecil di Jawa Timur. Namun, ada pihak-pihak yang membesar-besarkan permasalahan sehingga memantik kemarahan warga di Papua.

Tito menyatakan bahwa kerusuhan tersebut berawal dengan adanya ketegangan di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya pada Jumat-Sabtu, 16-17 Agustus 2019. Saat itu, tambah Kapolri, massa dari sejumlah elemen masyarakat mendatangi Asrama Mahasiswa Papua.

“Kemudian ada kesalahpahaman, kemudian mungkin ada kata-kata yang kurang nyaman, sehingga saudara-saudara kita yang ada di Papua merasa terusik dengan kata-kata itu. Dan ada pihak-pihak yang mengembangkan informasi-informasi itu untuk kepentingan mereka sendiri,” kata Tito di RS Bhayangkara Surabaya.

Sementara itu, ribuan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa menolak peristiwa rasisme terhadap mahasiswa yang ada di Jawa Timur beberapa waktu lalu. Dalam aksinya, mahasiswa menuntut seluruh pihak di Jawa Timur bertanggung jawab atas perlakuan rasisme dan kekerasan terhadap mahasiswa Papua.

Dalam aksi unjuk rasa ini, terdengar dengan jelas dari kalangan mahasiswa mereka menuntut adanya referendum untuk Papua. Mereka meneriakkan kata-kata Papua Merdeka, referendum harus diwujudkan dan jadi solusi.

“Papua, Merdeka.. Papua, Merdeka.. Papua, Merdeka. Apa yang terjadi saat ini solusinya hanya satu, Papua harus referendum,” ujar mahasiswa dalam orasinya.

Di Sumut, mahasiswa asal Papua juga menggelar aksi solidaritas. Para mahasiswa Papua itu mengusung spanduk yang di dalamnya terdapat gambar bendera bintang kejora yang selama ini menjadi lambang gerakan separatis Papua merdeka.

Dalam spanduk itu juga ada gambar peta wilayah Papua, tanpa disertai wilayah NKRI yang lainnya, disertai kepalan tangan. Kemudian sketsa binatang monyet yang mengangkat bendera warna merah bertuliskan “lawan” dengan tangan kanannya.(Hr-www.harianindo.com)