Jakarta – Selama 13 bulan terakhir, para peternak ayam potong menanggung kerugian hingga Rp 2 triliun. Hal tersebut terjadi karena anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak. Fakta tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi.

Besaran kerugian tersebut, menurut Sugeng, berasal dari jumlah produksi ayam nasional yang diasumsikan sebanyak 18 juta ekor per minggu. Jika dihitung per tahun menjadi 936 juta ekor.

Rata-rata kerugian dalam 13 bulan terakhir adalah sebesar Rp 1.200 karena harga jual yang jauh di bawah harga pokok produksi (HPP). Kemudian, muncul angka kerugian sebesar Rp 1,12 triliun yang kemudian dikalikan 1,6 kilogram yang merupakan rerata berat ayam hidup.

“Ketemu nilainya Rp1,79 triliun. Itu perhitungan kasar kami, namun rentangnya bisa mencapai Rp2 triliun,” ungkap Sugeng pada Kamis (05/09/2019).

Baca Juga: Harga Ayam Anjlok, Peternak Geruduk Kantor Menko Perekonomian

Sementara itu, Wismaryanto dari Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) Bogor mengatakan bahwa besarnya angka kerugian yang ditanggung membuat sejumlah peternak bangkrut. Sudah ada 5-6 peternak ayam mandiri di Bogor yang gulung tikar dalam waktu 3 bulan.

Hal tersebut juga berpengaruh terhadap jumlah anggota PPUN Bogor. Sempat mencapai angka 140 anggota pada tahun 2000, kini anggota PPUN Bogor hanya tersisa tak lebih dari 20 peternak.

Wismaryanto menuding membludaknya pasokan ayam di pasar menyebabkan harga ayam hidup di tingkat peternak turun drastis. Masalahnya, pemerintah memberi lampu hijau bagi perusahaan integrator untuk membudidaya dan menjual ayam di pasaran.

“Dari situ harga hancur luar biasa. Dari 2014 awal sampai tahun ini setiap tahun peternak ayam catatannya merah semuanya,” katanya. (Elhas-www.harianindo.com)