Kuala Lumpur – Akhir-akhir ini, di Malaysia sedang ramai gerakan untuk memberlakukan boikot terhadap produk-produk dari non-muslim. Gerakan yang mulai santer pada Agustus lalu bertujuan agar masyarakat muslim Malaysia lebih memilih produk bikinan dan yang dijual oleh orang-orang muslim.

Gerakan boikot tersebut bermula dari sebuah diskusi di sebuah fanpage Facebook pada Desember 2018. Menurut laporan dari Free Malaysia Today, perbincangan di laman tersebut semakin memanas dan berujung pada aksi boikot.

Larangan yang diserukan oleh Muslim Consumers Association of Malaysia (PPIM) dan Malaysian Chambers of Entrepreneurs Business Development (MCED) diduga menjadi pemantik dari gerakan tersebut. Kedua lembaga tersebut melarang produk muslim bertuliskan aksara Jawi untuk dibeli.

Rupanya, pernyataan dari PPIM dan MCED tersebut berasal dari seruan yang digaungkan oleh Islamic Development Department. Dengan alasan untuk mempermudah identifikasi produk dari produsen muslim, mereka mengimbau agar sertifikat halal suatu produk harus menggunakan bahasa asli dari produsen.

Meski demikian, para pengusaha muslim di Penang kemudian menggunakan istilah yang lebih halus dalam kampanye mereka. Disebutkan bahwa mereka mengimbau publik untuk memprioritaskan produk muslim atau bumiputera.

Dimulai di Penang, kampanye Buy Muslim-made First dimulai pada Minggu (08/09/2019) lalu oleh Gerakan Pembela Ummah. Penang sengaja dipilih karena aktivitas bisnis di kawasan tersebut memang tinggi.

“Penang dapat memberikan peluang bagi produk-produk Muslim, jadi saya pikir kami dapat membantu pengusaha Muslim mempromosikan produk mereka di sini,” kata Wakil Ketua Gerakan Pembela Ummah, Mohammad Zai Mustafa, dikutip dari The Star.

Zai Mustafa juga berdalih bahwa kampanye mereka tak dimaksudkan untuk memboikot produk non-muslim. Akan tetapi, ia mengklaim bahwa gerakan mereka berusaha untuk memajukan perekonomian kaum muslim.

“Kami tidak melakukan boikot, kami hanya membantu Muslim dan juga pemerintah mempromosikan ekonomi yang lebih sehat, lebih baik,” ujar Zai Mustafa. (Elhas-www.harianindo.com)