Jakarta – Selain dikenal sebagai Presiden ketiga Republik Indonesia, Dr. Ing Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie merupakan seorang teknokrat ahli kedirgantaraan. Akan tetapi, ada hal unik dari Habibie yang ternyata menjadi sumbangsih bagi politik regional Asia Tenggara.

Pada masa Habibie menjabat sebagai Presiden, ia pernah menyebut negara Singapura sebagai titik kecil merah (little red dot). Pernyataan itu terungkap dalam artikel yang dirilis oleh Asian Wall Street Journal bertanggal 4 Agustus 1998.

“Tidak apa-apa dengan saya, tetapi ada 211 juta orang (di Indonesia). Semua (area) hijau adalah Indonesia. Dan titik merah itu adalah Singapura,” ujar Habibie pada saat itu.

Baca Juga: Habibie Memperkenalkan Teknologi Saat Indonesia Masih Lekat dengan Agraris

Pada awalnya, Singapura yang mendapat julukan dari Habibie tersebut sempat meradang. Publik Singapura merasa bahwa istilah tersebut merendahkan mereka yang memang memiliki wilayah geografis yang kecil.

Akan tetapi, Habibie dalam menampik tudingan bahwa ujarannya tersebut merupakan bentuk hinaan. Sebaliknya, julukan tersebut merupakan bentuk kekaguman Habibie terhadap negeri tetangga tersebut.

Secara geografis, Singapura seringkali nampak di peta dunia hanya dengan titik merah kecil. Akan tetapi, Habibie memandang Singapura sebagai negara kecil namun memiliki pengaruh ekonomi yang signifikan di dunia.

Lambat laun, persepsi publik dan politisi Singapura akan istilah little red dot berangsur-angsur berubah. Mereka menggunakan istilah tersebut sebagai simbol kebanggaan nasional Singapura.

Popularitas istilah titik merah kecil di Singapura tetap langgeng hingga kini. Hal tersebut tecermin ketika negara tersebut merayakan ulang tahun ke-50 kemerdekaan mereka. Logo perayaan nasional tersebut menggunakan titik merah sebagai unsur utamanya. (Elhas-www.harianindo.com)