Jakarta – Pada 20 Oktober 2019 besok, Presiden Joko Widodo akan dilantik sebagai Presiden terpilih RI dan segera mengumumkan nama-nama menteri baru yang ada di kabinet jilid II.

Para bankir pun memiliki harapan besar terhadap kabinet baru yang nantinya akan diumumkan oleh Jokowi. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja berharap bahwa kabinet baru secara berkelanjutan untuk meneruskan program-program yang dianggap baik.

“Tinggal melanjutkan saja yang sudah baik,” kata Jahja, Jumat (18/10/2019).

Pada sektor keuangan, juga berusaha untuk melakukan peningkatan terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi dari posisi saat ini. Namun, hal tersebut juga harus mempertimbangkan kondisi global saat ini yang belum terlalu baik sehingga tidak hanya berupaya untuk mengejar peningkatan kredit semata.

Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi berharaap degan dilaksanakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden seharusnya permasalahan politik bisa segera diselesaikan dan terjadi persatuan seluruh elemen bangsa.

“Sehingga ekonomi nasional dapat bertumbuh dan bergairah kembali sehingga seluruh sektor ekonomi pun bisa berkembang dan bank bisa kembali secara penuh melakukan fungsi intermediasi,” lanjut dia.

Menurut Hariyono, karena tantangan ke depan adalah ekonomi global yang memburuk sehingga Indonesia perlu memperkuat ekonomi domestik. “Supaya tidak terseret buruknya ekonomi global,” ujarnya.

Ekonom BCA David Sumual memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,0 – 5,2% pada tahun 2020, dengan kondisi risiko eksterna lyang masih stabil di mana neraca transaksi berkisar pada level 2,0 – 2,5% dari PDB.

Perkiraan tersebut harus didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang cenderung pro-growth, terlebih dengan backdrop suku bunga global yang senantiasa menunjukkan penurunan, kendati risiko makro dari pembalikan arus modal masih butuh untuk diawasi.

Selain perkiraan secara makro tersebut, David menjelaskan bahwa ada sejumlah katalis yangb dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kedepannya, antara lain kelanjutan proyek infrastruktur dan rencana pemindahan ibukota yang akan mendorong kinerja sektor konstruksi dan properti.

David juga menegaskan bahwa pentingnya reformasi struktural guna melakukan peningkatan terhadap daya saing nasional dan menarik investasi di tengah disrupsi rantai produksi global. (Hr-www.harianindo.com)