Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon turut angkat bicara terkait polemik kehadiran Ustaz Abdul Somad (UAS) di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia menduga bahwa ada pihak yang ingin mengadu domba melalui isu tersebut.

“UAS untuk jadi penceramah kemudian tidak boleh, diperiksa orang yang undang, itu namanya adu domba, ada yang menikmati adu domba itu. Ada yang mengail di air keruh,” ujar Fadli Zon di kawasan Medan Merdeka, Jakarta, Sabtu (23/11/2019).

Baca Juga: Ustad Haikal Sindir Pimpinan KPK Yang Urusi Penceramah

Kasus itu bermula dari kedatangan UAS mengisi kajian di KPK. Meskipun sejumlah orang, termasuk pimpinan KPK, sempat melarang, namun acara kajian itu telanjur dihelat.

UAS menjadi sorotan lantaran sejumlah ujaran atau ceramahnya yang dinilai kontroversial dan radikal. Yang terbaru, UAS memantik polemik lantaran soal pengharaman catur.

Mengenai dugaannya soal adu domba, Fadli Zon mengatakan bahwa salah satu bahan adu domba yang kerap dipakai adalah isu radikalisme dan terorisme.

“Ini bisa ditumpang oleh orang-orang yang mau adu domba antara pemerintah dan umat Islam. Orang yang berkepentingan adu domba itu biasanya orang yang tidak suka dengan agama,” ungkap Fadli.

Oleh sebab itu, Fadli mengimbau kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk lebih berhati-hati dalam mencermati sebuah kasus, terutama menyangkut radikalisme dan terorisme. Sebab, embel-embel tersebut rentan memancing adu domba.

“Makanya pemerintah harus belajar sejarah, jangan mau diadu domba. Orang Islam di Indonesia sangat moderat, tidak ada teroris, jadi jangan terlalu didramatisir,” katanya.

Fadli kemudian menyoroti langkah pemberantasan radikalisme dan terorisme yang masih belum maksimal. Ia menuding bahwa apabila hal tersebut terus terjadi, maka pemerintah dan aparat keamanan bisa dikatakan gagal.

“Kalau itu berulang terus berarti pemberantasan terorisme dan radikalisme itu gagal dong selama belasan tahun ini karena cara pendekatannya atau karena ini proyek terorisme, radikalisme karena ada anggarannya itu,” terangnya. (Elhas-www.harianindo.com)