X
  • On 06/08/2017
Categories: NasionalRagam Berita

Gelaran Festival Kebudayaan Kabupaten Purwakarta Dikritik FPI

Purwakarta – Pada hari jumat (04/08/2017) malam kemarin telah digelar acara Festival Kebudayaan pada hari jadi Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang ke-49. Acara tersebut berlangsung dengan sangat meriah dan ramai penonton.

Ilustrasi Gelaran Festival Kebudayaan

Rupanya kegiatan tersebut mendapat kritik tajam dari ormas Front Pembela Islam (FPI). Menurutnya Kabupaten Purwakarta semasa kepemimpinan Dedi Mulyadi selalu menunjukkan aktivitas yang bertentangan dengan Agama. FPI juga menyayangkan adanya aktivitas kebudayaan yang dilakukan lebih sering bila dibandingkan dengan aktivitas keagamaan.

“Pengajian manfaatnya besar, menjadikan yang sebelumnya edan menjadi waras. Tapi kalau festival Jurig malah bikin gelo (gila,red),” kata Ketua FPI Purwakarta, KH Muhammad Sahid Joban dalam acara Tabligh Akbar di Pasar Rebo Purwakarta, Jumat (04/08/2017).

Pihaknya juga mewanti-wanti jika kebiasaan aktivitas budaya yang bertentangan agama terus dijalankan bisa berdampak negatif.

“Agama duku, baru kemudian budaya dibenahi. Jangan sebaliknya. Agama yang menimbang budaya, bukan budaya menimbang agama,” ujarnya.

Baca juga : Pengamat Sebut Ridwan Kamil Tidak Cocok Berpasangan Dengan Dedi Mulyadi

Dalam ceramahnya, aktivitas kebudayaan yang bertentangan agama kerap kali diruntinkan dibandingkan pengajian. Bahkan Pemkab Purwakarta kerap kali mempersulit izin pengajian di tempat umum.

“Jangan pernah ikut-ikutan acara Jurig (festival Bebegig,red). Apalagi pengajian dipersulit, berbeda dengan arak-arakan kereta kencananya yang sangat mudah periziannya. Kita tidak akan mundur melawan kemungkaran,” katanya.

FPI juga berharap tujuan politik Dedi Mulyadi yang ingin maju menjadi calon gubernur di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018 tidak berjalan lancar sehingga Dedi tidak terpilih.

“Supaya tidak terpilih jadi Gubernur Jawa Barat. Dedi Mulyadi jangan sampai jadi Gubernur Jawa Barat. Jangan menganggap umat Islam Purwakarta lemah dengan kebersamaan. Jangan ikut-ikutan acara jurig, kita diatur-atur, pengajian dipersulit. Giliran ngarak bebegig, kereta kencana diizinkan,” sambungnya.

Sahid juga mengingatkan kepada masayarakat agar jangan tertipu jika ingin memilih pemimpin daerah.

“Kade ulah katipu )jangan sampai ketipu,red), kejebak di sumur kedua kali. Jangan asal-asalan, kalau milih asal-asalan, jadi gini Purwakarta, jadi kota setan,” tutupnya.
(Muspri-www.harianindo.com)

Rani Soraya: