Jakarta –
Ketua Asosiasi Keselamatan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo) Kyatmaja Lookman menyambut kebijakan nol atas dimensi-overload (ODOL) atau truk obesitas. Menurutnya, pengusaha transportasi barang juga menginginkan hal yang sama.
Karena pengoperasian truk obesitas ini berdampak pada biaya transportasi. Di sisi lain, umur operasional truk juga dianggap lebih lama jika dioperasikan sesuai dengan kapasitas muatan.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa kondisi pasar saat ini memaksa pengusaha transportasi untuk mengoperasikan truk Obesitaas.
“Tapi masalahnya sekarang adalah kondisi yang memaksa kita untuk kelebihan beban. Jadi jika kita berdiskusi terkait mengapa mengapa struktur pasar yang berbentuk seperti itu,” kata Kyatmaja kepada wartawan di Jakarta, Kamis (6/26/2025).
Baca juga: Menteri Demo Respons Transportasi Menolak Nol Odol, kata pengusaha itu meminta insentif
|
Faktanya, aspek keamanan juga merupakan bagian dari prioritas pengusaha transportasi. Karena kecelakaan itu menyebabkan peningkatan beban bisnis pengusaha, termasuk untuk meningkatkan transportasi dan resolusi kasus.
“Jadi karena itu, kami berasal dari pengusaha transportasi dan transportasi Kamselindo. Asosiasi ini sebenarnya terbentuk karena kerinduan kami akan keselamatan,” jelasnya.
Kyatmaja menambahkan, industri transportasi domestik saat ini sangat kompetitif. Kondisi ini memaksa bisnis untuk mengoperasikan truk obesitas dengan dalih biaya operasional yang lebih rendah.
“Pengusaha transportasi ini sangat kompetitif, tetapi masalahnya sangat kompetitif, tetapi daya saing diperoleh dari melanggar aturan. Ini agak sangat disayangkan. Mengapa itu? Karena dengan pemuatan yang lebih besar, harga transportasi menjadi lebih murah. Sekarang ini yang harus kita selesaikan,” pungkasnya.
(HNS/HNS)