Home > Unik > Misteri > Pengakuan Perempuan Mualaf Yang Sempat Dianggap Teroris Karena Memeluk Islam

Pengakuan Perempuan Mualaf Yang Sempat Dianggap Teroris Karena Memeluk Islam

Jakarta – Salah seorang wanita bernama April Fuller ternyata tertarik dengan agama Islam. Hal tersebut karena, baginya, agama ini paling mudah dipahami akal rasional. Ketika kuliah semester kedua, Fuller berkenalan dengan seorang mahasiswa Muslim, Ahmad (bukan nama sebenarnya). Tak lama kemudian, mereka sudah akrab. Dalam beberapa kesempatan, Ahmad banyak bercerita tentang Islam.

Pengakuan Perempuan Mualaf Yang Sempat Dianggap Teroris Karena Memeluk Islam

Ilustrasi

“Saya tumbuh besar di lingkungan yang cukup agamais. Jadi, saya percaya Tuhan pasti ada. Kemudian, saya selalu punya rasa ingin tahu yang tinggi. Dan akhirnya saya sadari, saya kurang cocok dengan Sekte Baptist,” kenang dia.

“Saya banyak mengobrol dengannya (Ahmad). Dan, dia semakin antusias menjelaskan Islam. Saya kira, agama ini cukup masuk akal, kata Fuller.

Dalam Islam, pemeluknya memakai rasio mereka. Fuller mengutip penjelasan dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) yang pernah diperolehnya. Sesudah memeluk islam dan menjadi Muslim, April bergabung dengan Asosiasi Mahasiswa Muslim di kampus Universitas Mississipi, tempatnya belajar. Lantas, ia kemudian menjadi ketua divisi perempuan di asosiasi tersebut. April menilai bahwa dunia kampus merupakan tempatnya yang paling optimal untuk mengaktualisasi diri.

“Sering kali ketika mendebat tentang Kristen, saya disuruh diam. Dengan Islam, mereka (pemeluk Islam) membolehkan kita untuk meragukannya,” kata dia.

“Saya sangat sayang dengan semua kawan saya. Mereka begitu memahami saya. Sejak saya bergabung dengan Asosiasi Mahasiswa Muslim, saya menjadi belajar banyak tentang Islam,” kata dia.

Sejak memeluk Islam, April berhenti mengonsumsi minuman beralkohol. Dia juga mulai mengenakan hijab, namun tetap menjadikannya modis. Baginya, memenuhi perintah agama tidak harus menjadikan seseorang ketinggalan zaman.

“Saya menemukan kedamaian, sesuatu yang tidak saya peroleh sebelum menjadi Muslim. Saya jadi sadar siapa saya, apa tujuan hidup saya. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya mengerti arti eksistensi diri,” kenangnya.

Mahasiswa jurusan sastra Inggris tersebut akhirnya mengumumkan keislamannya dalam akun Facebook-nya. Tidak lama setelah itu, dia pun kebanjiran surat elektronik dari para sahabat dan teman-temannya. Nada suratnya beragam, mulai dari kecaman hingga apresiasi.

Fuller memang menyadari bahwa sikapnya memeluk Islam pasti bisa mendapat berbagai respon. Dari teman-teman sebaya, dia kebanyakan mendapatkan respons positif. Namun, dari orang-orang tua, tanggapannya sedikit berbeda. Salah satunya, guru spiritual Fuller pada masa kanak-kanaknya dulu.

“Mengapa pula saya berharap lagi. Kini, saya orang kafir bagimu. Saya pun musuh bagimu. Sangat memalukan, kamu telah berpaling dari cinta Tuhan dan memilih nabi yang salah, yang mempropagandakan kebencian, kata gurunya itu.

Selain itu, ada pula jemaat gereja tempat Fuller terdaftar dulu, yang merasa kecewa dengan masuk islamnya Fuller. Adapun surat yang bernada gembira datang dari sahabat Fuller, Ila (bukan nama sebenarnya). Keduanya memang telah bersahabat sejak kecil.

“Aku tahu, banyak orang dan mereka yang mengaku kawan menudingmu karena pilihanmu ini. Aku harap kamu baik-baik saja, sayang,” katanya.

Fuller juga memiliki paman yang seorang pastor gereja Southern Baptist di Raleigh, kota yang berpenduduk sekitar 1.500 jiwa. Sekte tersebut merupakan yang terbesar di negara-bagian North Carolina. Keluarga Fuller termasuk pemeluk Kristen yang taat beribadah. Sebagai contoh, kakeknya begitu kecewa dengan keputusan Fuller memeluk Islam. Berbeda dengan sang kakek, ibunya justru cukup memahami keputusan Fuller.

“Beberapa hari setelah aku mualaf, dia (kakek Fuller) mengejekku dengan tuduhan teroris, ‘bangunan apa yang mau kau ledakkan nanti,” kata Fuller

Baca Juga : Perawat di Inggris Mengaku Ada Kekuatan Luar Biasa dari Alquran

“Ibuku selalu mendukungku agar mendengarkan kata hati. Jadi, tak ada bedanya (sikap ibu) ketika aku memeluk Islam. Ibu kemudian menyesuaikan diri dengan kepercayaanku kini. Mulai dari makanan dan lain-lainnya. Ibu selalu di sampingku, menolongku dengan segala upaya,” kata dia.

(bimbim – www.harianindo.com)

x

Check Also

Ditanya Kapan Menikah, Zodiak Ini Akan Cuek

Ditanya Kapan Menikah, Zodiak Ini Akan Cuek

Jakarta – Pada waktu liburan hari raya Lebaran seperti ini pasti kita akan sering berkumpul ...