Yogyakarta – Kali ini Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat suara perihal permasalahan bakti sosial yang sempat viral beberapa hari lalu. Beliau menilai bahwa penolakan sekelompok organisasi kemasyarakatan ormas Islam terhadap kegiatan bakti sosial tersebut dikarenakan pengemasan acaranya kurang tepat.

Sri Sultan Sarankan Bakti Sosial Tak Mengatasnamakan Gereja

Saat dikonfirmasi oleh pihak Tempo, beliau berkata bahwa “Mbok baksos itu enggak usah mengatasnamakan gereja, kan (persepsinya) jadi lain,”

“Itu dengan konteks agama lain pun masalahnya juga akan sama, nggak mesti Kristen-Islam,” ujarnya. Sultan menuturkan, penggunaan identitas gereja tidak jadi persoalan jika di kalangan internal mereka sendiri. “Ya padha-padha lah (ya sama-sama lah).” ungkapnya.

Seperti yang telah dikabarkan sebelumnya, Gereja Santo Paulus Pringgolayan semula akan menggelar bakti sosial di rumah Kasmijo, Kepala Dusun Jaranan, Banguntapan. Kegiatan merupakan rangkaian dari memperingati 32 tahun berdirinya gereja sekaligus peresmian paroki dari paroki administratif menjadi paroki mandiri.

Akan tetapi sebelum bakti sosial dilaksanakan, pada Ahad pagi, 28 Januari 2018, sejumlah pemuda masjid dan ormas yang mengatasnamakan Islam mendatangi lokasi bakti sosial yang baru akan dimulai pagi itu. Di antaranya Front Jihad Islam (FJI), Forum Umat Islam (FUI) dan Majelis Mujahidin Indonesia. Mereka menolak bakti sosial dengan alasan kristenisasi dan meminta panitia gereja memindahkan kegiatan itu di gereja.

(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)