Jayapura – Pasca pengalihan saham Pemerintah sebesar 51 persen, PT Freeport Indonesia masih memiliki pekerjaan yang harus dilaksanakan demi meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

Salah satu perhatian utama adalah peningkatan produksi bijih. PT Freeport Indonesia ingin lebih serius dalam investasi penambangan bijih bawah tanah.

Pada tahun 2019, tercatat bahwa produksi bijih PT Freeport Indonesia mencapai angka 41 juta ton. Angka tersebut dinilai lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil produksi tahun sebelumnya dengan besaran mencapai 70 juta ton.

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya produksi bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak dari tambang terbuka Grasberg. Malah, diperkirakan cadangan bijih akan terkuras habis pada tahun ini dengan menyisakan 14 juta ton.

“Tahun ini, dari target 41 juta ton, open pit masih memproduksi 14 juta ton ore, sisanya dari underground mining,” ujar Presdir PT Freeport Indonesia (FI) Tony Wenas pada Jumat (03/05/2019).

Baca Juga: Mendekati Batas Waktu, Freeport Mulai ‘Beres-Beres’ Peralatan Tambang

Perhatian inilah yang kemudian membuat PT FI sejak tahun 2019 menganggarkan dana sebesar 1 miliar dolar Amerika Serikat per tahun untuk pembangunan penambangan bawah tanah. Tony menambahkan bahwa investasi tersebut dilakukan hingga tahun 2041.

Tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur penambangan bawah tanah, kegiatan operasional tahun ini juga menyimpan tantangan tersendiri. PT Freeport Indonesia masih membutuhkan izin ekspor setiap bulan.

Hingga kini, PT Freeport Indonesia masih mengekspor konsentrat walaupun izin usaha pertambangan khusus (IUPK) telah terbit. Hal ini dikarenakan fasilitas smelter masih dalam tahap pembangunan di Gresik.

Smelter sangat dibutuhkan agar mampu memproduksi konsentrat dalam negeri. Konsentrat inilah yang kemudian dapat diekspor apabila PT Freeport Indonesia telah mendapat izin ekspor.

Selain menguntungkan bagi Indonesia, perizinan ekspor sangatlah penting bagi PT Freeport Indonesia agar kegiatan produksi tidak terhambat oleh hasil produksi bijih dan konsentrat yang tertahan. (Elhas-www.harianindo.com)