Jakarta- Politikus PDI Perjuangan, Kapitra Ampera merasa kecewa dengan adanya kabar penganiayaan yang menimpa salah seorang pendukung dari Joko Widodo, yaitu Ninoy Karundeng. Apalagi, Ninoy diberitakan mengalami tindakan penganiayaan di dalam Masjid Al Falah, Pejompongan, Jakarta Pusat.

Menurut Kapitra, seharusnya setiap muslim mampu menghormati dan menjaga kesakralan dari masjid sebagai tempat ibadah bukan dijadikan tempat untuk melakukan tindakan tak etis. “Tentu saya menyesalkan tempat yang baik menyembah Allah justru menganiaya hamba Allah? Apa pun alasannya dan ini sebuah tempat yang sakral di muka bumi dan tempat yang paling aman itu masjid,” ungkap Kapitra dalam forum diskusi bertema, “Jokowi di Pusaran Kepentingan, Minta ini, Minta itu,” di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (08/10).

Kapitra menambahkan, peristiwa penganiayaan yang menimpa Ninoy terjadi begitu saja. Menurutnya, terjadi sebuah permasalahan hingga meantik tindakan penganiayaan tersebut. Yaitu lantaran adanya perbedaan pandangan politik. Apalagi masih ada sisa dari tensi persaingan politi yang terjadi pada Pilpres kemarin.

Mantan aktivis Gerakan Nasional Pengawal Fatwal (GNPF) Ulama tersebut memberikan saran kepada imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab untuk segera kembali ke Tanah Air. Kapitra beranggapan bahwa Habib Rizieq diyakini mampu untuk mengatasi gesekan-gesekan yang terjadi di masyarkat. Selama ini masyarakat telah beranggapan bahwa pemerintah yang menjegal kepulangan dari imam besar tersebut.

“Seharusnya pemerintah segera pulangkan Habib Rizieq, lalu ajak bicara bahwa negara ini punya ruh. Siapa yang berbuat dia menanggung hukum,” tuturnya.

Namun hingga saat ini pun masih terjadi kontroversi terkait kasus penganiayaan yang menimpa Ninoy. Ada pihak yang merasa ragu bahwa Ninoy mengalami penganiayaan di dalam masjid. Ninoy mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan penganiayaan tersebut ketika sedang mengambil gambar aksi unjuk rasa massa 212 beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Ketua Media Center PA 212, Novel Bamukmin menepis adanya peristiwa penculikan dan penganiayaan terhadap Ninoy Karundeng. Novel beranggapan bahwa penggunaan kata penculikan dapat menyebabkan kesesatan berpikir bagi masyarakat. Lanjut Novel menuding bahwa sebelum memasuki masjid, wajah Ninoy sudah terlihat lebam dan pihak masjid hanya menanyai Ninoy, seperti yang terlihat dalam rekaman video yang viral di media sosial.

“Setahu saya dari langsung pengurus masjid tidak ada kekerasan hanya interogasi saja seperti di video yang viral itu dan masuk ke dalam masjid Ninoy sudah lebam wajahnya,” jelas Novel. (Hr-www.harianindo.com)