Washington – Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat jelas memiliki keunggulan di bidang teknologi maupun militer. Salah satu bukti kedigdayaan itu adalah pesawat militer E-6B Mercury milik Angkatan Laut Amerika Serikat.

Bukan wahana militer biasa, pesawat dengan basis Boeing 707-320 memang sengaja dirancang khusus untuk menjalankan fungsi komando dan kontrol perang nuklir. Meski tak benar-benar digunakan dalam perang sungguhan, namun E-6B Mercury memiliki fitur canggih yaitu kebal dari gelombang elektromagnetik nuklir.

Meski demikian, secanggih apapun sebuah pesawat, rupanya ada satu hal yang membuatnya memiliki kerentanan yang sama dengan pesawat-pesawat lain. Yakni burung.

Pada 2 Oktober 2019 lalu di Naval Air Station Patixent River, Maryland, pesawat E-6B Mercury mengalami peristiwa nahas saat bermanuver touch-and-go atau manuver pendaratan dan lepas landas dalam waktu singkat.

Sialnya, ada burung yang justru menerjang pesawat doomsday itu. Insiden tersebut membuat salah satu mesin mengalami kerusakan.

Angkatan Laut AS pun mengkategorikan kerusakan yang dialami E-6B Mercury sebagai kerusakan Kelas A. Dengan kata lain, kerusakan yang mengakibatkan kerugia sebesar USD 2 juta lebih, kematian, hingga rusak permanen.

Meski demikian, para awak pesawat tersebut selamat tanpa ada yang terluka. Selain itu, pesawat juga sukses mendarat. Walaupun Amerika Serikat tetap menanggung rugi miliaran dolar.

“Mesin sudah diganti, dan pesawat telah kembali bertugas,” kataTim Boulay, Juru Bicara Naval Air Warfare Center Aircraft Division.

Bagi militer AS, kejadian tersebut bukanlah hal baru. Berdasarkan data yang dirilis pemerintah AS, kerusakan pesawat militer yang diakibatkan oleh burung sebanyak 3.000 kasus tiap tahun. (Elhas-www.harianindo.com)