Kuala Lumpur – Imbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur yang melarang umat Islam dan pejabat muslim mengucapkan salam lintas agama hingga kini masih menjadi polemik. Meski sebagian ada yang mendukung, namun banyak pula yang menyatakan tak sepaham dengan pandangan MUI tersebut.

Rupanya, urusan memberi salam kepada umat agama lain juga menjadi masalah di Malaysia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh ulama Negeri Jiran, Mohd Asri Zainul Abidin beberapa tahun lalu.

Mohd Asri menceritakan bahwa banyak orang Islam di Malaysia yang gelisah apabila ada orang non muslim yang mengucap “Assalamualaikum” meskipun dengan niatan memberi salam damai kepada orang muslim lainnya.

“Islam mengajarkan salam yang terhormat harus dijawab dengan tepat. Karena itu, umat Islam harus menjawab salam seperti itu sepenuhnya,” ujar Mohd Asri.

Kemudian ia membahas mengenai jawaban atas pertanyaan dari seorang non-muslim di Malaysia yang menyinggung ucapan “Assalamualaikum” yang hanya terbatas digunakan oleh muslim Malaysia. Padahal, di Timur Tengah ucapan salam tersebut juga diucapkan oleh non muslim.

Baca Juga: PSI Menuding MUI Jatim Telah Menebar Kecurigaan

Menjawab pertanyaan tersebut, Mohd Asri mengatakan bahwa praktik tersebut bisa terjadi lantaran adanya perbedaan interpretasi atas hadis Nabi. Ia pun kemudian menuturkan bahwa terdapat dua salam yang berbeda, namun hampir sama secara pelafalan.

Pada zaman Nabi Muhammad saw, orang-orang non muslim yang memusuhi Islam sering menggunakan kata “Assamualaikum” yang berarti kecelakaan bagi kalian. Untuk menjawab salam sindiran tersebut, umat Islam diperintahkan oleh Nabi untuk menjawabnya dengan “Waalaika”.

“Ini telah terjadi karena kebingungan mengenai hadis (tradisi) Nabi, yang menginstruksikan umat Islam untuk membalas salam dari Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) dengan frasa Waalaika (dan kepada Anda),” tutur Mohd Asri.

Akan tetapi, ucapan “Waalaika” sudah tidak lagi bisa digunakan dalam semua situasi. Sebab, umat Islam kini harus menghormati keberagaman dan sekaligus menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan utusan pembawa perdamaian.

Oleh sebab itu, Mohd Asri memandang bahwa kesalahan penafsiran tentang ucapan “Assalamualaikum” haruslah diluruskan.

“Tidak ada masalah dalam ajaran Islam. Semua ini terjadi karena interpretasi yang tidak akurat dan kami harus meluruskannya,” pungkas Mohd Asri. (Elhas-www.harianindo.com)