Harian IndoJakarta ā Sikap yang ditunjukkan oleh MUI pada sidang kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alis Ahok, sangat disayangkan oleh KH Ahmad Ishomuddin yang hadir sebagai saksi ahli agama dalam persidangan tersebut.
Pasalnya, Ahmad menganggap bahwa sikap yang ditunjukkan oleh MUI justru memicu sejumlah aksi demokrasi.
“Saya sering melihat banyak demonstrasi yang digerakkan GNPF-MUI. Yang dasarnya antara lain pernyataan MUI,” tutur Ahmad di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa, (21/3/2017).
Pendapat dan sikap keagamaan tersebut dikeluarkan MUI sebagai dasar umat Islam untuk memproses hukum Ahok.
Sebab, dalam surat yang dikeluarkan MUI pada 13 November 2016 lalu, Ahok dinilai menghina Al-Quran dan ulama atas pernyataannya yang mengutip Surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu, 27 September 2016.
Salahnya, MUI tidak melakukan cross-check kepada masyarakat Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, mengenai peristiwa sebenarnya. Selain itu, MUI tidak melakukan tabayun atau klarifikasi kepada Ahok secara lansung.
“Tiba-tiba saja sudah mengeluarkan pernyataan itu,” tuturnya.
Padahal, menurut Ahmad, Ahok tidak sama sekali menjelaskan bunyi Surat Al-Maidah ayat 51 dalam pidatonya. Orang yang disebut Ahok, kata dia, juga merupakan kata yang bersifat umum, bisa mencakup semua bagian dari ulama, orang biasa, dan oknum politikus.
Baca juga: Djan Fariz Menilai Spanduk Tolak Shalati Jenazah Sebagai Bentuk Penistaan Agama
Sehingga, Ahmad merasa pendapat dan sikap keagamaan MUI itulah yang menjadi salah satu dasar terbentuknya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI. (Rere – www.harianindo.com)
